ლ 31 ; Baikan

737 79 8
                                    

Mia menggigit jari telunjuknya dengan raut gelisah. Pasalnya di dalam kelas sana, semua orang tua murid sedang berkumpul dalam rangka pembagian raport.

Meski semua raport sudah dibagikan dan wajah Papanya terlihat sangat tenang, tapi tetap saja Mia merasa takut. Takut kalau peringkatnya turun semester ini lebih tepatnya.

"Tenang, Mi. Gue yakin nama lo masih nangkring diatas kok," ujar Wulan menenangkan.

Mia menggeleng pelan. "Gue nggak bisa tenang sebelum tau hasilnya, Lan. Berabe gue kalau sampe nggak dapet peringkat satu lagi, rencana beasiswa gue bisa terancam."

"Positive thinking aja."

Entah sudah keberapa kalinya Mia berjalan bolak-balik di depan pintu kelas sambil menunduk. Sampai pada akhirnya langkahnya terhenti ketika sebuah telunjuk menahan keningnya.

Mia mendongak dan mendapati Janu ada dihadapannya dengan cengiran menyebalkan seperti biasa. Di tangannya menenteng paper bag yang Mia sendiri pun tak tahu apa isinya.

"Ngapain disini?" tanya Mia dengan wajah datarnya.

"Buset, jutek banget lo sama pacar sendiri," celetuk salah satu teman kelas Mia sambil tertawa.

Janu terkekeh. "Wajar, Bro, dia lagi gelisah makanya kayak gitu."

Wulan yang ada di samping Mia, menyenggol pelan lengannya sambil mesem-mesem. Dia lalu mendekati telinga Mia lalu membisikkan sesuatu. "Janu pengertian banget deh. Haidar kalau gue jutekin malah ngambek seharian. Tukeran pacar yok!"

Reaksi Mia :

"Gue tonjok lo ya!" seru Mia keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue tonjok lo ya!" seru Mia keras.

"Astagah ngerinyah!!!"

Wulan langsung kabur setelah Mia menunjukkan kepalan tangannya, untung saja di ujung tangga kebetulan ada Haidar yang baru saja datang. Setelah itu mereka berdua berlari menuju ke bawah dengan Wulan yang masih terbahak.

"Kenapa tuh anak?" tanya Janu keheranan.

Mia hanya mengangkat bahunya sekilas lalu kembali menatap Janu. "Pertanyaanku belum kamu jawab tadi. Lagi ngapain disini?"

"Berdiri."

"Ya maksudnya..." Mia menghela nafas lelah, "...terserah deh."

Janu mengulum bibirnya, menahan tawa. Setelah itu dia mendorong pelan bahu Mia untuk duduk di depan kelas, karena sejak tadi yang dilihatnya adalah Mia yang mondar-mandir tidak jelas seperti orang linglung.

"Ini sogokan, jangan ngambek lagi," ujar Janu seraya memberikan paper bag yang dibawanya.

"Siapa yang ngambek?"

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang