ლ 27 ; Selesai

747 116 11
                                    

Rutinitas pertama yang Janu lakukan setelah punya titel baru yaitu 'pacar Mia' adalah menjemput sang pacar ke rumahnya tepat di pukul enam pagi. Waktu yang paling tepat untuk kaum rebahan seperti Mia untuk bersantai terlebih dulu sebelum berangkat ke sekolah.

"Rajin banget??" itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Mia setelah melihat motor Janu sudah nongkrong di depan rumahnya tanpa pemberitahuan.

Seperti biasa, dengan tingkahnya yang menyebalkan, Janu memainkan kedua alisnya. "Sengaja, biar bisa lama berduaan di jalan sama kamu."

Mia mengerutkan dahi. "Kamu?"

"Iya, kamu. Mulai sekarang kita harus terbiasa nyebut satu sama lain pake aku-kamu, biar kayak orang-orang gitu."

Melihat ekspresi ragu dari wajah Mia, membuat Janu kembali bersuara. "Yaudah nggak. Lo-gue ajㅡ"

"Aku mandi dulu. Kamu masuk gih. Udah sarapan?"

Mendengar itu, rasanya jantung Janu seperti merosot ke tanah. Mungkin sekarang MBTI nya sudah berubah jadi MLYT-BGT.

Dia kira Mia tak akan setuju dengan panggilan yang memang terkesan terlalu softie itu, tapi ternyata Mia lebih berbahaya dari dugaannya. Janu bisa-bisa terus nyengir bahkan sampai di sekolah.

Mia gemas sekali dengan reaksi Janu yang malah bengong di tempat. Dia akhirnya menarik tangan pacarnya itu untuk duduk bersama di ruang makan bersama Wisnu.

"Loh, Janu? Pagi banget kamu kesini?" sesuai dugaan, Wisnu saja terheran-heran dengan kelakuan random Janu.

Janu mengusap tengkuknya sambil terkekeh. "Hehe, iya, Om. First time jemput pacar jadi terlalu semangat."

Kedua mata Mia membulat sempurna. Padahal dia sendiri belum berani bilang ke Papanya soal hubungannya dengan Janu, tapi cowok itu memang benar-benar membuatnya speechless.

Dahi Wisnu mengerut dalam, apa dia salah tak salah dengar tadi?

"Kamu ngomong apa barusan? Pacar? Kalian pacaran?"

Melihat Mia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, membuat Janu mengerjap paham. Dia lalu meneguk ludahnya sendiri, mencoba mencari jawaban yang masuk akal.

"Anu... itu.... yaㅡ"

"Nggak usah grogi gitu, saya udah tau sebenernya," kata Wisnu sambil tersenyum.

Baik Mia maupun Janu sama-sama kaget mengetahui fakta itu.

"Papa tau dari mana?"

Wisnu tersenyum misterius. "Papa punya intel, kalian nggak perlu tau siapa."

Ada satu nama yang terlintas dalam benak Janu setelah mendengar pengakuan Wisnu barusan.

Haidar.

Kata Mia, akhir-akhir ini Wulan sering main ke rumahnya dan diantar pula oleh Haidar. Karena Haidar orangnya cepat akrab dengan orang baru, sama seperti Janu, kemungkinan besar Haidar yang membocorkan perkara hubungan mereka kepada Wisnu.

Baru asumsi, tapi Janu yakin sembilan puluh tujuh persen jawabannya benar.

"Eum... aku mandi dulu deh," pamit Mia. Sebenarnya dia menghindari diinterogasi lama-lama oleh sang Papa.

Setelah ditinggal berdua, Janu mendadak jadi canggung di samping Wisnu, padahal biasanya dia yang paling bisa mencairkan suasana.

Melihat itu, Wisnu hanya bisa tertawa sambil menepuk pundak Janu. "Udah, jangan bengong. Ayo sarapan. Kamu belum sarapan kan?"

Janu nyengir. "Sebenernya belum sih, Om."

Keduanya sarapan dalam keadaan hening yang mendominasi. Dalam kepala Janu berkecamuk banyak pertanyaan. Apakah Wisnu merestui hubungan mereka? Atau mungkin sebaliknya?

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang