ლ 18 ; Pesta Ultah

838 123 10
                                    

Nanti malam Mia akan menghadiri pesta ulang tahun Reyna yang 'katanya' mengundang siswa satu sekolah. Itu berarti akan ada banyak sekali orang disana yang datang dari berbagai macam kalangan. Mungkin belum lagi dari kolega orangtua Reyna yang keduanya adalah pengusaha itu.

Sudah dipastikan acaranya akan sangat megah.

Mia bisa membayangkan bagaimana repotnya Reyna sampai harus menyuruh orang lain untuk menyebarkan undangan ulang tahunnya satu-persatu ke seluruh penjuru sekolah, padahal di era yang serba digital ini bisa saja dia menyebarkannya lewat internet.

Setelah ditelusuri lebih dalam ternyata Reyna sengaja melakukannya karena ingin lebih berkesan dan lebih formal saja.

Kembali lagi kepada Mia yang tengah sibuk mengobrak-abrik isi lemarinya untuk mencari gaun yang sekiranya cocok untuk dipakai nanti malam.

"Gue aja lupa kapan terakhir beli baju," gerutu Mia di tengah kerusuhannya itu.

"Nak, lagi ngapaㅡYA AMPUN!" Wisnu melongok ke dalam kamar anak gadisnya yang super duper berantakkan itu sambil mengelus dada. "Ini kamar gadis kok udah kayak kena sapu ombak aja sih?"

Mia yang dicibir seperti itu hanya bisa tersenyum kikuk. "Lagi cari gaun, Pa."

"Mau kemana? Ngedate?"

"Ish, bukan! Malem nanti Mia mau ke pesta ultah temen, Pa."

"Emang kamu punya gaun?"

Mia jadi terdiam. Setelah dipikir-pikir, Mia memang jarang atau mungkin tak pernah memakai gaun selama hidupnya. Oh, mungkin pernah, sewaktu usianya masih kecil dan itupun dibelikan oleh mamanya. Itu pun sudah hilang entah kemana.

Untuk keseharian saja, Mia terlalu biasa memakai pakaian santai seperti kaos oblong dan celana training.

Mia menghela nafas sembari mendudukkan dirinya diatas ranjang, merasa buang-buang waktu melakukan itu semua.

Disaat kegalauan melanda, Mia tersentak setelah melihat jam dinding yang terpajang di atas lemari pakaiannya. "Pa, Mia lupa harus ngajar!"

Sejurus kemudian, dengan gerakan yang amburadul, Mia mengambil totebag yang sudah berisi buku diatas meja kemudian dengan cepat juga menyalami tangan Wisnu.

"Gaun kamu gimana?"

"Nanti Mia pikirin lagi. Nggak ada waktu, udah telat nih."

Sepertinya prinsip lebih baik menunggu daripada ditunggu Mia tak berlaku untuk hari ini, karena bisa-bisanya dia lupa kalau lima belas menit lalu seharusnya Yuki sudah berada di sampingnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Setelah melewati beberapa pemesanan yang berkali-kali ditolak ojek online, Mia akhirnya sampai juga disini lalu membuka gerbang rumah Janu dan berlari untuk mencapai pintu utama.

Baru saja Mia memegang kenop pintu, seseorang dari dalam sana juga menariknya hingga Mia hilang keseimbangan dan jatuh begitu saja.

Bukan, bukan jatuh yang menyakitkan. Melainkanㅡ

"Kalau mau meluk gue, tolong spoiler dulu biar jantung gue siap."

Posisi mereka berdua terlalu ambigu untuk dilihat dari sudut manapun. Dari jarak sedekatㅡsangat dekat malahㅡ ini, Mia bisa merasakan degupan jantung yang amat kentara karena letak telinganya yang kebetulan sejajar dengan dada cowok di depannya.

"Mi, lo berat banget. Capek gue nahannya."

Mia yang baru menyadari posisinya yang seperti memeluk Janu, segera menarik diri dan bersiap untuk memaki cowok dihadapannya karena sudah bersikap tak sopan.

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang