Mia memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya ke kelas Jevon, Sang Ketua OSIS, untuk membicarakan perihal masalah uang kemarin. Rencananya hari ini dia akan membayar setengahnya yang hilang, lalu membayar sisanya kalau sudah mendapatkan pekerjaan.
Uang yang dicuri itu lumayan banyak hingga menguras isi tabungan Mia yang rencananya akan dia pakai untuk membeli motor.
Mia bukanlah orang yang terlahir di keluarga berada. Dia hanyalah anak perempuan biasa yang terlahir dengan kurangnya kasih sayang dari orang tua. Mamanya pergi entah kemana, meninggalkan Mia sejak umur 6 tahun. Papanya bilang kalau Mamanya itu bekerja di luar negeri untuk membantu perekonomian keluarga.
Nyatanya, hingga saat ini Mamanya tak pernah kembali kepada mereka.
Saat ini Mia hanya punya Papanya yang terkadang sakit-sakitan dan membuat Mia harus banting tulang sendirian di tengah kesibukannya bersekolah.
Tetapi Mia tak pernah mengeluh. Meski begitu, dia bersyukur karena masih ada Papa di sampingnya yang bisa dia jadikan sandaran hidup.
Kembali kepada Mia yang sekarang sudah berada di depan kelas Jevon. Cewek itu menelan ludahnya gugup ketika Jevon menghampirinya di ambang pintu.
"Mau ngomongin soal keuangan OSIS?" tanya Jevon to the point.
"Iya, kalau lo ada waktu."
"Buat lo, gue pasti ada waktu."
Mia mengulum bibirnya, mencoba untuk tidak tersenyum ketika Jevon melontarkan kalimat itu. Sementara Jevon sendiri sudah tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat.
Banyak orang yang belum tahu kalau ternyata mereka itu dekat satu sama lain. Selama di sekolah, mereka selalu menjaga jarak satu sama lain karena posisi mereka di OSIS juga termasuk penting. Ada peraturan dimana sesama anggota OSIS dilarang mempunyai suatu hubungan, dan mereka takut orang-orang akan berpikiran aneh kalau mereka sampai terlihat dekat.
Maka dari itu, mereka hanya bisa dekat di luar sekolah, itu pun diam-diam. Namun sayang sekali, hubungan mereka belum sampai ke tahap pacaran.
Jevon menyuruh Mia untuk duduk di sampingnya setelah mereka berdua sampai di taman belakang sekolah yang terbilang lumayan sepi, padahal sedang jam istirahat.
"Gimana?"
"Soal uang yang hilang itu, gue minta keringanan dari lo ya. Gue bakal bayar setengahnya, sisanya gue bayar setelah gue dapet kerjaan," mohon Mia sambil mengatupkan kedua telapak tangannya.
Jevon menipiskan bibirnya. "Kenapa bisa ada yang nyuri sih, Mi? Bukannya tiap istirahat kelas lo selalu dikunci?"
Mia menggeleng. "Gue nggak tau, nggak mau nuduh juga sebelum ada bukti. Mungkin itu karena kecerobohan gue aja, Jev."
Mendengar itu, Jevon hanya mengangguk paham lalu menepuk kepala Mia pelan. "Sorry kemarin gue kelewatan marahin lo. Gue juga harus profesional kan?"
Bukan hanya Mia, Jevon juga mempunyai sifat yang tegas apalagi kalau menyangkut soal organisasi yang membesarkan namanya itu. Tak heran jika ada beberapa oknum yang tak suka kepada Jevon karena sifatnya itu.
Tetapi diluar itu, Jevon hanyalah cowok biasa yang penuh dengan kehangatan dan suka menebar senyuman.
"Gue paham kok," jawab Mia dengan senyum tipisnya.
"Oh iya, Mi..." Jevon menggantungkan kalimatnya karena takut hal ini akan menyinggung Mia.
"Kenapa?"
"Soal uang itu, gue nggak keberatan kalau lo mau pake uang gue. Bukannya gue bermaksud lancang, tapi gue tau lo udah nabung lama buat beli motor pake uang itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.