ლ 8 ; Dia

960 146 20
                                    

Cuaca siang menjelang sore hari ini tak begitu mendukung untuk berkegiatan di luar rumah, juga waktu yang paling tepat untuk mengistirahatkan diri dari jadwal aktifitas yang padat.

Namun yang terjadi pada Mia adalah sebaliknya. Hari ini dia ada jadwal mengajar Yuki, dan sialnya dia lupa membawa payung padahal langit sudah menunjukkan sebagian awan gelap.

"Semoga nggak hujan deh," gumamnya seraya memasuki rumah besar itu.

"Kakak cantik!" seru Yuki dari dalam rumah saat Mia menunjukkan dirinya.

Mia tersenyum manis lalu duduk lesehan di samping gadis cilik itu. "Wah, Yuki lagi gambar apa?"

Dengan semangat yang menggebu-gebu, Yuki menjelaskan apa yang tengah dia gambar. "Ini aku, Kak Janu sama kakak cantik lagi main ke bulan."

Mia memandangi secarik kertas yang terdapat gambaran anak kecil tengah dituntun oleh sepasang manusia berbeda jenis kelamin yang diibaratkan dirinya dan juga Janu.

Yang membingungkan adalah, bagaimana Yuki bisa menyebut latar gambarnya itu di bulan sedangkan di belakang sana ada gambar gunung juga? Suka-suka Yuki saja lah.

Satu hal lagi, kenapa yang digambar itu dirinya bukan sang bunda? Mia tak habis pikir.

"Gambar bundanya mana?"

Yuki terkikik pelan. "Bunda di pesawat. Lagi tidur, hihi."

Mia tersenyum teduh lalu memeluk Yuki erat. "Gambarnya bagus, boleh Kak Mia minta nggak?"

"Beneran, Kak? Tapi Kak Janu bilang gambar buatanku jelek."

"Kak Janu kok dipercaya. Mana sini orangnya? Biar Kak Miaㅡ"

"Orangnya disini nih. Mau ngapain emang?"

Mia yang tengah melipat lengan bajunya, mendadak mati kutu ketika suara itu memasuki gendang telinganya. Refleks dia menoleh ke belakang dan mendapati Janu duduk tepat di belakangnya.

Dekat sekali.

Mia hampir berteriak saat tahu jarak wajahnya dan Janu hanya sekitar satu jengkal. Sementara itu Yuki tertawa kecil melihatnya, karena memang sebenarnya dia sudah tahu kalau Janu ada disana sejak tadi.

"LO NGAPAIN SIH?!"

Janu mengernyitkan dahinya. "Duduk lah, ngapain lagi emang? Keliatannya gue lagi kayang?"

Mia berdecak lalu menjauhkan diri dari Janu. "Untung gue nggak ada riwayat sakit jantung."

"Lebay."

Janu berdiri dari tempatnya dan membungkuk untuk mengusak rambut Yuki. Selagi Janu membungkuk, Mia harus menahan nafas karena aroma maskulin dari tubuh Janu begitu menyeruak indera penciumannya.

"Kakak mau ke rumah Kak Haidar, kamu disini sama Kak Mia dulu ya?"

Yuki menggembungkan kedua sisi pipinya dengan wajah tertekuk. "Iya. Tapi pulangnya bawain eskrim!"

"Jangan keseringan makan eskrim, sayang. Nanti batuk loh," ujar Mia memperingati.

"Dengerin tuh kata calon Bu Dokter."

"Kok lo tau cita-cita gue?"

"Ngarang doang sih."

Terdengar suara ringisan dari Janu akibat ulah Mia yang menggeprek kakinya dengan kepalan tangan. Meskipun kecil, tenaga cewek itu kuat juga.

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang