ლ 30 ; Terungkap

730 90 7
                                    

Tak terasa Ujian Akhir Semester yang diadakan selama seminggu sudah berakhir, tinggal menunggu pembagian raport dan liburan saja.

Sama seperti semester-semester sebelumnya, kelas 11 IPS 3 yang sebentar lagi akan naik ke kelas 12 itu selalu sibuk dengan rencana liburan kelas mereka. Mulai dari persiapan tempat, hari, dan berapa lama mereka akan berlibur.

"Jangan ke Puncak lagi dong, anjir! Pas kelas satu kan udah. Nggak ada ide lain apa lo pada?" protes Fabian sambil mengemil kacang gorengnya.

"Yaudah Pangandaran," saran Mahen.

Janu mendengus. "Gue udah terlalu sering ke pantai bareng Mia. Skip dah."

"Yeu, ini kan agenda kelas. Bukan agenda bucin lo berdua."

Janu hanya membalasnya dengan cengiran, lalu mengusap dagu seolah ikut berpikir padahal otaknya kosong melompong tak ada ide.

"Oh, shit! Kayaknya agenda liburan kelas kita bakal tergantikan sama agenda lain deh," ujar sang ketua kelas sambil menunjukkan layar ponselnya pada teman-temannya.

Haidar yang ada di dekatnya lalu merebut ponsel itu lalu membaca pesan yang ada dalam grup kumpulan ketua kelas.

"Camping? Yang bener aja?!" seru Haidar setelah membaca isi pesannya.

"Apaan?"

"Sekolah bakal ngadain camping khusus buat anak kelas dua semester akhir. Gue lupa, angkatan kemarin juga gitu kan? Emang udah tradisi kayaknya," jelas Haidar dengan raut setengah kecewa.

Yang namanya camping apalagi acara sekolah pasti tak akan bebas, banyak acara dan aturan yang harus diikuti. Beberapa anak kelas pun mendesah kecewa, tapi beberapa juga ada yang senang apalagi untuk para pecinta alam.

"Males deh gue, pasti acaranya nggak jauh dari jurit malam sama api unggun gitu-gitu," keluh Mahen ketika para anak kelas sudah berpencar dengan gengnya masing-masing.

Fabian yang termasuk ke dalam kelompok yang senang akan pengumuman camping tadi, mendelik tak suka ke arah Mahen. "Bilang aja lo takut kan sama setan? Pake alibi males segala."

Mahen tertawa konyol. "Gue? Seorang Mahen takut sama setan? Hahaㅡ"

"Iya lah," sambung Janu sambil terpingkal. "Kalian nggak inget apa si Mahen pernah pingsan waktu kita ke rumah hantu? Masih mau ngelak lo takut sama yang begituan?"

Mahen berdecak. "Halah, kayak situ berani aja. Lo yang paling kenceng pegangan ke Fabi waktu itu, nggak usah pura-pura lupa."

Mendengar perdebatan keduanya, membuat Haidar membuka suara untuk mengelak. "Sesama pengecut jangan saling ngejek deh. Kita berempat tuh aslinya cupu, takut sama setan."

Kali ini tak ada yang berani mengelak karena ucapan Haidar 99% benar adanya.

"Asik deh, kali ini liat bisa liat api unggun bareng pacar. Lo berdua kapan nyusul?" tanya Janu sambil menunjuk Fabian dan Mahen, lalu bertos ria dengan Haidar.

"Kita mah berdua aja udah cukup. Iya kan, Mah?"

Mahen yang merasa jijik dengan panggilan Fabian kepadanya langsung menjauh, apalagi melihat mata genit Fabian kepadanya itu. Rasanya ingin mencolok saja.

"LO DIEM NGGAK, SETAN!!!"

"Jangan lari dong, Mah."

"GUE BUKAN MAMAH LO!!!"

Dan terjadilah aksi saling kejar antara keduanya di kelas. Haidar yang memang pada dasarnya receh, tertawa paling kencang sambil mengompori Fabian supaya terus mengejar Mahen.

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang