ლ 15 ; Petuah Mantan

889 133 12
                                    

Para anggota OSIS tengah sibuk mendekorasi panggung untuk acara pentas seni yang akan diadakan dua hari lagi. Waktu begitu cepat berlalu hingga acara yang ditunggu-tunggu pun tinggal hanya menghitung hari.

Jevon selaku Ketua OSIS sekaligus ketua pelaksana acara lah yang paling terlihat sibuk diantara yang lain. Atau mungkin lebih tepatnya menyibukkan diri, karena sejak 'hari itu' dia agak menjaga jarak dari Mia.

Mereka sampai saat ini pun masih tetap sering berbalas pesan, meskipun pembahasannya lebih banyak tentang kepentingan acara pensi nanti.

Mia merasa ada banyak perubahan yang terjadi pada Jevon, yang mana itu membuatnya tak nyaman dan selalu berpikir tentang hal-hal negatif yang mungkin bisa terjadi kapan saja.

Misalkan Jevon tiba-tiba meninggalkannya? Ah, mana mungkin itu terjadi. Mereka berdua hanya butuh waktu sendiri.

"Semua peserta udah bisa gladi bersih sekarang?" tanya Mia pada Luna.

Luna mengangguk pelan. "Kayaknya sih udah bisa ya. Mungkin bentar lagi juga pada dateng."

Satu persatu perwakilan dari setiap kelas itu datang ke aula untuk melakukan gladi bersih sebelum pertunjukkan. Panitia memang sengaja mengatur jadwal gladi bersih dua hari sebelumnya agar tak terlalu mepet dengan hari diadakannya pensi.

Ketika tatapan Mia bertubrukan dengan manik milik Janu, tubuhnya refleks menegang. Sebenarnya Janu sudah mulai berbicara lagi padanya dan tak berusaha menghindar, tapi malah sekarang dia yang agak menghindari Janu.

Janu dan teman-temannya berjalan ke arah panggung, tak lupa dia juga melemparkan senyum tipisnya kepada Mia yang sejak tadi terus memperhatikannya dalam diam.

"Kalian mau tampil lagu apa?" tanya Hendra selaku orang yang cukup mengerti di bidang IT.

Haidar terlihat menjelaskan tentang lagu yang akan mereka bawakan nanti. Sementara itu Hendra mendengarkan sambil mencatat apa-apa saja yang akan dibutuhkan oleh peserta.

Sebenarnya tak hanya pertunjukkan musik saja yang akan ditampilkan di acara pensi, masih banyak bakat-bakat di bidang lain yang tak kalah menonjol dan pastinya sayang untuk dilewatkan.

"Ini kita bakal tampil biasa aja, Jan? Nggak bawa barongsai kayak yang kemarin gue saranin?" tanya Mahen kepada Janu setelah urusan mereka dengan Hendra selesai.

"Lo yang bener-bener aja lah, anjir!"

Mahen mendengus. "Ya biar beda aja gitu, ada sensasi tersendiri."

Fabian yang tengah sibuk melakukan check sound jadi bergerak untuk menempeleng kepala Mahen dari belakang. "Nggak ada sejarahnya lagu galau pake background barongsai, goblok!"

Haidar berdecak. "Udah, woy, malu diliatin panitia tuh."

Benar saja, perdebatan mereka berdua memang sudah lama diperhatikan orang-orang yang ada disana. Ada yang merasa terhibur, ada juga yang berteriakㅡ

"AYO DONG BURUAN! KITA JUGA MAU NAIK PANGGUNG!"

Itu suara band kelas sebelah, alias saingan mereka. Bedanya vokalis kelas mereka itu perempuan.

"Nggak sabaran banget, buset!" gerutu Fabian yang ingin sekali menghantam wajah mereka menggunakan bass miliknya.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk melakukan gladi bersih karena mereka tak menyanyikan lagunya secara penuh. Biarkan saja orang-orang penasaran dengan ending yang akan mereka tampilkan.

"Keren nggak penampilan gue tadi?"

Entah karena Mia yang terlalu fokus melihat ke arah panggung, atau justru memang tak pernah fokus sejak tadi, dia sampai tak sadar kalau ada orang di sampingnya.

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang