ლ 24 ; Seventeen

862 123 6
                                    

⚠️ Chapter ini bisa jadi lebih panjang dari sebelumnya, semoga kalian gak bosen ya! Kalau udah lumayan bosen boleh di skip kok. ⚠️












"Pagi, Retta!"

Sapaan itu seolah membangunkan Mia dari rasa kantuknya yang semakin hari semakin sering menghantui. Dengan mata menyipit, Mia menoleh ke sampingnya dan mendapati Janu dengan senyuman sumringah seperti menang lotre.

Dahinya mengerut ketika nama yang disebutkan tadi bukanlah nama familiar yang sering Mia dengar, melainkan nama belakangnya.

"Coba ngomong sekali lagi."

"Pagi, Retta?" tanya Janu tak yakin.

"Lo manggil gue Retta?"

Janu mengangguk semangat. "Biar beda dari orang lain, terus biar kesannya spesial juga. Iya nggak?"

"Kepikiran dari mana? Lo orang pertama yang manggil gue pake nama itu loh," ujar Mia dengan senyum tertahan.

Janu lagi-lagi nyengir. "Nggak tau ya, mungkin karena setiap malem gue selalu nyebutin nama lo lengkap tanpa spasi, jadi gue kepikiran."

"Aneh banget? Ngapain coba manggil nama gue?"

"Biar nyampe peletnya."

"Hush!"

Janu kian melebarkan senyum ketika Mia meninju lengannya berkali-kali. Dia membiarkan hal itu terjadi sampai beberapa saat, dan akhirnya tinjuan itu berhenti dengan sendirinya.

"Kenapa? Capek sendiri kan lo?" kekeh Janu seraya mengambil lengan Mia yang masih terkepal lalu mengusapnya pelan.

Disitu Mia hanya bisa terbengong karena perlakuan Janu yang amat sangat random. Tak lama kemudian, cowok itu menempatkan sesuatu di genggaman tangannya.

Sesuatu yang dingin hingga membuat Mia kaget dan nyaris menjatuhkannya.

"Apa ini?" tanya Mia sambil mengamati benda di tangannya.

Janu berdecak. "Cimory. Lo nggak liat apa tulisannya segede gaban gitu?"

Dengan sebelah bibir yang terangkat, Mia menyenggol bahu Janu. "Nenek-nenek pikun juga tau ini Cimory."

"Berarti lo lebih parah dari nenek-nenek."

"Sialan."

Janu tergelak. "Udah, makanya jangan banyak tanya. Minum aja, biar semangat."

"Ogah. Nanti ada peletnya lagi."

"Suudzon mulu bestie."

Tak sadar karena terlalu banyak mengobrol, keduanya sudah sampai di depan kelas Janu. Bukannya berhenti dan masuk ke dalam kelasnya, Janu malah terus berjalan sampai Mia yang ada di sebelahnya mengernyit heran.

"Lo mau kemana?"

"Nganterin lo."

Ekspresi Mia : 🫤🫤🫤

"Kayak kelas gue di ujung berung aja sampe dianterin. Udah lah lo balik kelas aja sana," usir Mia sembari memutar bahu Janu agar berbalik.

"Sampe ujung tangga itu aja. Oke?" mohon Janu dengan jari telunjuk dan jempol membentuk huruf O.

Mia menggeleng awalnya, karena itu berlebihan sekali.

"Ayolah, kita kan baru aja baikan. Gue pengen bikin impression yang bagus lagi buat lo."

"Yang bilang kita baikan siapa?"

Bibir Janu membulat sempurna. Dia pikir sejak kemarin mereka memgobrol banyak karena Mia sudah memaafkannya. "Gimana?"

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang