"Gue nggak mau tau, laporan keuangan harus ada besok. Kumpulin di ruang OSIS paling lambat jam dua siang," tutup Sang Ketua OSIS dengan lantang.
Dua dari sekian pengurus OSIS berjalan keluar dari ruangannya terlebih dulu dengan salah satunya wajah keruh. Siang itu, rapat OSIS dilaksanakan sangat mendadak dan semi tertutup. Hanya dihadiri oleh beberapa pengurus inti dan satu perwakilan anggota yang ditunjuk sebagai saksi.
"Mi, lo yakin bakal ganti semua kerugiannya? Itu duit nggak sedikit loh jumlahnya."
Mia mengangguk pelan, menanggapi pertanyaan temannya itu. "Mau gimana lagi, Lan. Gue harus tanggung jawab soal ini, mana pensi acaranya tiga bulan lagi kan."
Sebagai salah satu teman pengurus OSIS dan juga teman sekelas Mia, Wulan tahu betul bagaimana Mia begitu bertanggung jawab terhadap tugasnya. Meskipun dia juga ditunjuk sebagai ketua kelas karena sifatnya yang tegas, Mia tak pernah melalaikan salah satu dari kedua tugas besarnya itu.
Mia adalah orang yang adil dan teliti. Maka dari itu, Wulan heran bagaimana bisa kejadian hari itu bisa sampai terjadi.
"Apa gue ngundurin diri aja dari bendahara ya, Lan, setelah acara pensi nanti?"
Wulan menggeplak bahu Mia dengan keras. "Ya jangan dong, Mi! Itu malah semakin membuktikan kalau lo tuh salah, padahal kan lo nggak tau apa-apa. Tetep jadi pengurus inti OSIS lah, gue nggak mau sendirian disana sampe sertijab."
Adanya kasus pencurian itu membuatnya selalu was-was setiap saat. Bahkan setiap menit Mia dirasa selalu harus menghitung uang yang dipegangnya agar hal seperti sebelumnya tak akan terjadi lagi untuk yang kesekian kali.
Bukan Mia kalau tak menghadapi ini dengan kepala dingin, dia tipikal orang yang tak akan menuduh siapapun selagi belum ada bukti yang kuat padahal jelas-jelas kejadian itu terjadi di sekolahnyaㅡatau lebih tepat di kelasnya sendiri.
"Ke kantin aja lah, lo pasti butuh yang seger-seger kan, Mi?" ajak Wulan sembari menggandeng lengan Mia.
"Tapiㅡ"
"Gue traktir deh."
Terpaksa Mia harus menurut karena semakin ditolak, Wulan bukannya diam malah semakin menjadi. Lengannya ditarik terus-terusan menuju kantin bahkan sampai tubuhnya menabrak orang beberapa kali.
"Santai dong, Lan!"
"Gue laper banget abis denger ocehan si Jevon."
"Iya tau, tapi nantㅡAAA"
Seragam putih kebanggaan Mia berubah warna menjadi kecoklatan berkat aksi akrobatiknya menghindari cewek-cewek yang berkerumun disana. Memang dia berhasil menghindari kerumunan itu, tetapi hasil yang didapat bukanlah keinginannya.
Mia menatap bagian bawah baju seragamnya yang kini jadi bahan ledekan semua orang disana. Hampir setiap orang menertawakan kebodohannya kala itu, mungkin hanya satu orang saja yang tidak.
Tentu saja si pembuat onar.
"Duh, sorry, gue bener-bener nggak sengaja."
Amarah Mia sudah diubun-ubun ketika melihat siapa pelakunya.
"JANUAR PRADIPTA!!!"
Janu hanya bisa meringis ketika Mia mencak-mencak di tempat akibat seragamnya yang ketumpahan kuah soto betawi karena ulahnya. Janu berani sumpah kalau itu adalah sebuah ketidaksengajaan yang lagi-lagi melibatkan mereka berdua di dalamnya.
Maka dari itu, untuk meredakan amarah Mia, cowok itu berinisiatif untuk membuka baju seragamnya dan hanya menyisakan kaus hitam supaya nanti bisa dipakai untuk mengganti seragam Mia yang kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.