Mia menyantap mie ayam pesanannya dengan perasaan tak nyaman. Ada sesuatu yang mengganjal di hati ketika melihat pemandangan dihadapannya.
"Lo berdua nggak bisakah makan sendiri-sendiri? Harus saling suap banget?"
Satu suap mie ayam yang siap mendarat di mulut Wulan, tertunda begitu saja setelah mendapat pertanyaan dari Mia barusan.
"Iri aja nih jomblo satu," jawab Wulan dengan nada meledek.
Mia berdecih. "Siapa yang nemenin lo di masa kesendirian lo selain gue, hah? Dasar nggak tau terima kasih."
Lengan Wulan terangkat untuk menggelitik dagu Mia. "Ututu~ ini kan udah gue beliin mie ayam sebagai tanda terima kasih alias pajak jadian gue juga."
Mia menepis lengan Wulan lalu beralih menatap cowok di samping temannya itu. "Lo... awas aja kalau sampai bikin temen gue nangis. Gue nggak bakal segan-segan jadiin lo bahan makanan buaya!"
Haidar meneguk ludahnya ketika mendengar ancaman Mia. Cewek itu benar-benar menakutkan, padahal kalau dilihat-lihat wajahnya lumayan kalem.
"Tenang aja, selagi Wulan sama gue lo nggak usah khawatir. Khawatirin aja cowok lo tuh, nggak sekolah dia," jawab Haidar dengan kekehan di akhir kalimat.
"Siapa cowok gue?" tanya Mia sambil mengernyitkan dahi.
"Pak Jamal."
"Sialan lo!"
Mia dengan gesturnya yang bersiap meninju Haidar seketika membuat Wulan terkekeh geli. Sepertinya perlahan Mia mulai mau memaafkan Haidar soal ketidaksengajaannya waktu itu. Terbukti dari tak ada lagi tatapan sinis yang selalu diberikan Mia kepada pacarnya.
Hm, pacar.
Kebetulan Haidar membahas itu, Mia memang sama sekali belum melihat Janu di sekolah. Padahal biasanya setiap kali ada Haidar pasti disitu ada Janu.
Rasa penasarannya hanya tercekat di tenggorokan tanpa mampu dia ungkapkan dengan kata-kata, menunggu Haidar mengatakannya dengan segera. Namun yang didapati hanyalah suara cekikikan dari pasangan sejoli yang baru resmi beberapa jam itu.
Emang dia kemana?
Mia berdehem untuk menghindari kecanggungan. "Kayaknya gue pindah meja aja deh, takut ganggu kalian."
"Eh, nggak usah. Lagian udah pada penuh kali tuh mejanya, paling di tempatnya geng si Jevon doang yang kosong," cegah Wulan.
Refleks Wulan menoleh dan benar saja, tepat di belakang meja mereka ada mejanya Jevon dan teman-temannya. Kebetulan juga Jevon menoleh ke arahnya, tapi Mia tak mendapatkan apapun dari cowok itu selain tatapan datar.
Mia sedikit melengkungkan bibirnya ke bawah karena kecewa, minimal senyum kek.
"Haidar!"
Bukan hanya Haidar yang menoleh, tapi juga dua cewek yang ada di sekelilingnya.
"Liat Janu nggak? Gue tadi nyari ke kelasnya nggak ketemu."
Kesempatan.
"Mau ngapain?"
Reyna merogoh saku roknya kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana. "Flashdisk dia ketinggalan di perpus. Gue baru sempet bawa soalnya lupa terus."
Haidar lalu memperhatikan flashdisk dengan gantungan karakter Kuromi itu dengan seksama. "Iya bener ini punya si Janu. Nanti gue kasih ke deh."
"Emang anaknya kemana?"
"Sakit."
"Hah?!"
Air minum Wulan langsung menyembur ke depan karena terkejut mendengar suara teriakan barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.