ლ 37 ; First Time

287 21 1
                                    

"Papa udah ngizinin aku pergi, Janu!!!"

Janu hampir tersedak mie kuah saat Mia menggoyangkan bahunya dari samping.

"Serius?!"

"Iya! Seneng banget deh!" serunya sambil bertepuk tangan. "Awalnya Papa nggak ngizinin karena nggak mau pisah sama aku katanya, tapi aku terus kasih pengertian ke Papa dan akhirnya dibolehin."

Terlihat Janu mengepalkan tanganya dihadapan Mia dengan gestur mengajaknya bertos ria, maka Mia pun membalasnya dengan raut wajah gembira yang tak dibuat-buat.

Satu persatu mimpi Mia terwujud berkat kerja keras dan doa yang dia panjatkan setiap hari. Tak lupa juga berkat orang-orang yang mendukungnya, dia bisa bertahan sampai di titik ini.

"Kamu hebat. Nggak pernah sedetik pun aku ngerasa kecewa sama kamu. Aku bakal terus doain yang terbaik buat kamu," puji Janu sambil mengusak rambut depan Mia.

Mia pun tersenyum. "Makasih, Jan. Dan... maaf."

Alis Janu terangkat sebelah. "Maaf buat apa?"

"Maaf nggak bisa tepatin janji kalau kita bakal kuliah di tempat yang sama."

Awalnya Janu hanya terdiam sambil sedikit mencerna kata-kata Mia, tapi selanjutnya dia malah tertawa. "It's okay. Aku malah seneng banget pas tau kamu dapet beasiswa itu."

"Seneng karena bisa jauh dari pacar kamu yang bawel ini?" tanya Mia dengan tatapan mengintimidasi.

"Astaga! Ya nggak gitu lah, Yang."

Mungkin Mia harus selalu berpikir positif bahwa Janu tak akan main gila dengan cewek lain setelah kepergiannya ke Jepang. Namun mau bagaimana lagi? Janu kan ganteng, itu yang selalu ada di benak Mia apalagi saat melihat Janu dalam balutan kemeja kotak-kotak seperti ini.

Mana ada cewek yang bisa menolak pesona Januar Pradipta? Wulan saja pernah terpesona.

Ngomong-ngomong soal Wulan, sahabatnya itu masih mengibarkan bendera perang pada Mia lantaran telat diberitahu soal beasiswa itu. Menurut Mia wajar saja. Toh siapapun pasti akan kecewa kalau ada di posisi Wulan yang notabene adalah sahabat dekat yang sudah terbiasa pergi kemana-mana bersama.

"Rencananya kamu mau berangkat kapan?" tanya Janu setelah selesai mencuci piring bekas makannya.

Btw, mereka berdua tengah berada di rumah Janu. Awalnya karena Mia ingin bermain dengan Yuki, tapi sayangnya Yuki malah mengantuk saat mereka masih asik bermain. Jadilah sekarang hanya ada Janu dan Mia di ruang keluarga ini.

Kedua bahu Mia terangkat. "Belum ada kabar lagi. Tapi pastinya setelah pengumuman kelulusan."

Janu hanya manggut-manggut kecil sambil menyeruput es kopi miliknya.

"Kalau kamu?" tanya Mia balik.

"Apanya?"

"Rencana mau ngambil jurusan apa?"

Dengan gerakan lambat, Janu menggeleng. "Aku belum kepikiran."

"Kenapa? Bukannya dulu kamu ada niatan buat ngambil Manajemen?"

Janu terkekeh. "Itu aku cuma berandai-andai. Sekarang pas udah di depan mata aku malah bingung sendiri."

Kedua mata Mia memicing. "Kebiasaan deh apa-apa bingung. Ikuti kata hati kamu aja, kamu sendiri kan yang bilang. Aku tau kamu pengen banget masuk jurusan itu."

"Tau dari mana?"

"Dari Sumedang."

"ITU TAHU!!!"

Gue nggak nyangka jokes Mia sebapak-bapak ini, batin Janu.

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang