ლ 10 ; Salting

1K 144 13
                                    

Seperti biasa, satu-persatu siswa mulai berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Tapi ada juga yang memilih untuk tetap di kelas dan bermain game untuk mengatasi kebosanan.

Januar dan Haidar salah duanya.

Mereka yang merasa bosan dengan makanan kantin yang itu-itu saja, memutuskan untuk berdiam diri di kelas sambil memainkan permainan yang memicu adrenalin bersama Mahen dan Fabian.

Keempatnya mulai berisik saat salah satu dari mereka mengawali permainan dengan plot twist.

"Sebenernya gue lagi deket sama adek kelas."

"JIAKHHHHH!!!"

"Tiba-tiba banget lo deketin dekel? Bukannya lo suka tipe-tipe yang lebih tua ya, Hen?"

Mahen tersipu malu. Dia memang pengoleksi kakak kelas atau cewek yang lebih tua darinya sejak jaman dulu kala. Makanya ketiga temannya sampai heran kenapa Mahen berubah haluan begitu saja.

"Nggak tau. Bawaannya gemes aja kalau liat dia, dan akhirnya gue beraniin minta kontaknya," jawab Mahen sambil tersenyum.

"Namanya siapa?" tanya Haidar.

"Joana."

Janu dan Haidar saling melempar pandang setelah mendengar nama yang tak asing itu. Keduanya memiliki tingkat kepekaan yang tinggi kalau berurusan soal cewek.

"Lo tau juga?" tanya Janu, lebih tepatnya kepada Haidar.

Haidar mengangguk.

Fabian yang merasa heran dengan tingkah mereka berdua, saat itu juga mengeplak paha Janu dan Haidar dengan kekuatan penuh sampai mereka berguling kesakitan.

"SAKIT, BANGSAT!"

Suara bass Haidar menggema sampai ke seluruh penjuru ruangan. Semua yang ada di kelas sampai kaget, bahkan yang sedang berada di alam mimpi pun ikut terbangun.

"Buset, toa bener itu mulut!" seru Mahen.

"Ya si cunguk ini tiba-tiba mukul paha gue!" ujar Haidar sambil menunjuk Fabian, yang ditunjuk terlihat santai.

"Lo berdua ngomongin apaan sih? Serius bener."

Janu melirik ke sekitar lalu merapatkan duduknya dengan ketiga temannya, setelah itu memberi intruksi untuk membuat formasi lingkaran.

"Hen, gue ada informasi penting buat lo," kata Janu setengah berbisik.

Mahen memasang telinga. "Apaan?"

"Sebenernya... Joana itu ceweknya temen gue."

Bagai tersambar petir di siang bolong, Mahen memegang dadanya dengan dramatis dan memasang tampang meringis kesakitan. Setelah itu kembali dengan tampang datarnya.

"Lo pikir gue percaya?"

Fabian mengusap dagunya. "Dari mana lo tau? Padahal kan Mahen belum kasih liat si Joana itu kayak gimana."

"Lo kayak nggak tau si Janu aja. Siapa sih yang nggak dia kenal di sekolah ini? Lagian, nama Joana di sekolah ini cuma ada satu," sahut Haidar sambil memakan gorengannya.

Janu mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. "Yang ini kan orangnya?"

 "Yang ini kan orangnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang