ლ 32 ; Ulang Tahun yang Berbeda

684 70 9
                                    

Pagi-pagi sekali, para siswa sudah berkumpul di aula untuk diberikan arahan tentang camping yang akan dilaksanakan mulai hari ini. Camping yang berlangsung selama tiga hari dua malam itu, rencananya akan diadakan di sebuah hutan yang letaknya mungkin di antah berantah karena banyak dari mereka yang tak tahu dimana letaknya.

"Gue nggak pernah denger namanya, njir. Lo tau dimana?" bisik Mahen di samping Haidar.

Sementara Haidar menjawabnya dengan gelengan. "Gue juga nggak tau, tapi semoga hutannya aman. Lagian ngide banget ngadain camping di hutan, padahal tahun kemarin aja gue denger-denger kakak kelas camping di deket vila."

"Iya sih gue juga pernah denger. Enak banget angkatan mereka."

"Jangan berisik, woy! Lo berdua diliatin Bu Kristin tuh," peringat Janu yang sejak tadi hanya diam sambil memperhatikan arahan kepala sekolah di depan. Sebenarnya dia malas menanggapi karena masih mengantuk juga sih.

Setelah Haidar dan Mahen melihat Bu Kristin dengan tatapan mautnya, barulah keduanya bungkam sambil berpura-pura melihat ke depan.

"Baiklah, anak-anak. Sekarang kalian bisa menaiki bus yang sudah tertera nama kelas kalian ya. Selamat berlibur!" seru Pak Kepsek dengan nada riang.

Halah, berlibur apaan! Batin Janu sambil memberikan boombastic side eye sebelum pergi dari aula.

Dia celingukan mencari Mia sebelum mereka benar-benar berangkat. Niatnya sih ingin berpamitan dan minimal saling mengucapkan hati-hati padahal hanya berbeda bus saja dan tujuan mereka pun sama.

Janu nyengir ketika menemukan keberadaan Mia dengan ransel birunya yang cukup besar itu, tengah berada di depan bus sambil mengobrol dengan teman-teman kelasnya.

Sementara itu Mia merasa badannya ringan ketika seseorang di belakang tiba-tiba mengangkat ranselnya. Rupanya itu Janu.

"Mau aku bawain? Kayaknya berat banget ini tas," tawar Janu tanpa basa-basi terlebih dulu.

Mia menggeleng canggung dihadapan teman-temannya yang sudah menggoda Mia sejak kehadiran Janu. "Aku bisa bawa sendiri."

"Bawain punya gue aja dong, Janu," pinta Luna dengan suara manja yang dibuat-buat, kemudian diikuti oleh yang lainnya.

Janu terkekeh sambil mengusap tengkuknya karena malu. "Sorry sorry aja nih, prioritas gue sekarang ya Mia dulu baru yang lain. Jadi, gue tolak dulu ya permintaan kalian."

"Yahhh..."

Bibir Mia tak tahan lagi untuk tersenyum karena perkataan Janu barusan. Lalu beberapa detik kemudian dia tersadar seperti ingat sesuatu.

"Oh iya, udah tau bus kamu yang mana?" tanya Mia pada Janu.

Janu menggeleng. "Ini baru mau nyari."

"Nggak usah dicari, nih depan kamu."

"Lah, iya kokㅡbentar-bentar, jadi satu bus isinya dua kelas?"

Sepertinya Janu belum sadar akan sesuatu, dia masih terlihat bingung sendiri. Janu pikir busnya hanya akan diisi oleh anak kelasnya saja, akan terasa canggung sekali berbaur dengan kelas lain.

"Coba itu kamu perhatiin nama kelasnya, jangan malah bengong," getutu Mia yang melihat ekspresi Janu.

'XI IPS 3 - XI IPA 2'

"HAH?! KOK BISA BEDA ALAM BEGINI, BJIR?!"

Pasalnya, Janu tak ada ekspektasi apapun soal ini. Bisa-bisanya kelas IPS dan IPA disatukan, Janu tak habis pikir.

"Kenapa? Nggak seneng satu bus sama kelasku?" tanya Mia yang lumayan tersinggung.

"Eh? Nggak gitu, aku cuma kaget aja."

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang