"Nanti malem gue sama Mira mau ngedate di night market, ikut nggak lo pada?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut seorang Mario yang tengah mengemil keripik pisang di ruang tengah keluarga Haidar, kebetulan orang tua Haidar belum pulang dari acara kondangan.
Janu mendelik. "Night market apaan dah?"
"Pasar malem. Gitu aja lo nggak tau," celetuk Haidar.
Tak peduli usia Mario lebih tua darinya, Janu melompat begitu saja ke atas sofa untuk memiting kepala Mario karena sengaja membuatnya kesal, padahal dia sedang sibuk membuat soal.
Terjadilah adu gulat diantara keduanya, lagi dan lagi Haidar hanya berperan sebagai penonton bayaran.
Haidar tertawa sampai makanan yang ada di mulutnya muncrat kemana-mana. "Woy, udah! Janu, lo nggak liat Bang Rio udah engap itu?"
Terakhir, Mario menjitak kepala Janu saat dirinya sudah bisa membebaskan diri. Janu tak lagi melawan karena takut kualat, padahal tadi dia ambis sekali mengerjai Mario.
Setelah perdebatan kecil yang berujung jadi ajang baku hantam itu, Janu kembali duduk lesehan di depan laptopnya dan fokus kepada tugasnya.
Awalnya Haidar sempat heran ketika Janu ke rumahnya dengan menenteng tas berisi laptop, biasanya cowok itu hanya membawa badan serta niat untuk mabar dengannya.
Katanya sih, "Mulai sekarang gue harus bisa membiasakan diri buat rajin belajar biar bisa mengimbangi Mia yang pinternya diluar nurul."
Iyain aja.
Janu juga merasa, setelah kenal dan dekat dengan Mia, perlahan dirinya mulai terbiasa dengan yang namanya belajar. Setidaknya dia harus bisa merubah dirinya ke arah yang lebih baik lagi, jangan hanya stuck disitu saja.
"Gue tanya Wulan dulu deh, Bang, dia mau apa nggak," ujar Haidar, melanjutkan percakapan tentang night market tadi.
Mario mengangguk, lalu pandanganmya beralih kepada Janu. "Lo?"
"Gue kenapa?"
"Mau ikut nggak? Lama-lama gue slepet juga ya muka lo," sewot Mario dengan memasang gestur seperti akan memanah.
Janu berdecak. "Kalau gue ikut, yang ada gue jadi obat nyamuk kalian berempat. Emang temen laknat ya lo berdua."
"Kan ada Mia," kata Haidar sambil mengerling.
"Mia mana mau diajak ke tempat rame begitu," jawab Janu yang sudah pesimis duluan sebelum berjuang.
"Iya sih," Mario menambahkan.
Memang benar-benar definisi teman laknat, bukannya menyemangati malah membuat Janu makin tak punya alasan untuk pergi.
"Tapi Mia suka banget sama bianglala, pasti mau kalau diajak."
Punggung Janu kembali menegak setelah mendengar sepenggal kalimat dari Mario barusan. Dia jadi teringat kata-kata Hanna beberapa waktu lalu.
"Mia sebenernya nggak suka tempat yang terlalu rame gitu, tapi nggak yang sampe punya penyakit panik kalau lagi di tempat umum. Terus ya, nggak tau kenapa dia suka banget naik bianglala, padahal gue aja ngeri banget. Lo inget kan dulu....."
Dan berakhirlah mereka mengenang masa-masa pacaran dulu.
"Nanti malem ya?" tanya Janu memastikan.
Mario dan Haidar mengangguk bersamaan.
Sedetik kemudian, Janu mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Mia. Tak butuh waktu lama, karena kontak Mia sengaja dia pinned.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.