"Janu, sini!"
Janu yang saat itu sedang asyik bercengkrama dengan adik kelasnya, menoleh saat wali kelasnya memanggil. Dengan langkah seribu, Janu pun berlari ke arah Bu Kristin.
"Kamu tolong ambilkan buku tugas temen-temen kamu yang ada diatas meja Ibu, ya. Ibu ada urusan sebentar," perintah Bu Kristin.
"Mejanya belum pindah kan, Bu?"
Setelah mendapat pukulan pelan di lengan kanan dari Bu Kristin, Janu malah cengengesan tanpa dosa dan langsung bergegas pergi ke ruang guru.
Sesampainya di kantor, Janu ternganga karena ternyata bukunya ada banyak dan tak mungkin dia bawa sendirian. Jadi dia berniat untuk kembali lagi keluar dan mengajak siapapun teman sekelasnya untuk membantu.
Namun saat di perjalanan menuju kelas, dia tak sengaja berpapasan dengan Mia yang terlihat gelisah.
"Mi, mau kemana?"
Mia menggigit bibir bawahnya. "Ruang Pak Sucipto."
Setelah menjawab pertanyaan dari Janu, Mia segera berjalan lagi dengan cepat seolah ada masalah serius yang akan terjadi di ruangan itu.
Melupakan pencarian temannya, Janu mengikuti Mia dari belakang dan ikut masuk ke dalam kantor setelahnya karena kebetulan Bu Lintang berada satu ruangan dengan Pak Sucipto selaku Pembina OSIS.
Ternyata disana bukan hanya ada Mia dan Pak Sucipto saja, melainkan Jevon juga. Melihat raut wajah serius Pak Sucipto, mengingatkan Janu pada kejadian minggu lalu saat dirinya mengobrol dengan Haidar disaat upacara. Pak Sucipto tahu-tahu sudah ada di belakang mereka berdua dan langsung membawa keduanya ke barisan paling belakang, terpisah dengan yang lain.
"Beruntung foto ini cuma ada di tangan saya! Kalau sampai tersebar, bagaimana citra OSIS di mata siswa lain? Apa kalian tidak berpikir sampai situ?!"
Kening Janu mengerut ketika samar-samar terdengar suara menggelegar Pak Sucipto barusan.
Foto apa? Apa yang Mia dan Jevon lakukan sampai Pak Sucipto marah seperti itu?
"Kamu lagi ngapain?"
Janu tersentak kaget ketika seseorang menepuk bahunya.
"Ibu kira kamu udah di kelas. Kenapa masih disini? Bel udah bunyi tuh!"
Secepat kilat, Janu membereskan buku-buku yang hendak dia bawa dan memawanya keluar menuju kelas meskipun lumayan berat juga kalau dibawa sendirian. Meninggalkan rasa penasarannya yang tertinggal di kantor guru.
🫧
Tak terasa, bel istirahat pertama pun berbunyi, dan Janu sudah bersiap untuk pergi ke tempat tujuannya. Bukan kantin tentu saja, melainkan kelasnya Mia.
"Kalau ke kantin gue nitip batagor ya, Jan," kata Haidar setelah memasukkan semua bukunya ke dalam tas.
"Gue nggak ke kantin."
"Lah, terus mau kemana?"
"Kepo bener."
"Kurang asem!"
Mengabaikan Haidar yang terus memanggil namanya, Janu keluar kelasnya dan berjalan menaiki tangga untuk ke kawasan IPA. Sesampainya di depan kelas Mia, dia sama sekali tak melihat cewek itu di dalam. Hanya ada Wulan yang tengah mencatat tulisan di papan tulis.
Merasa ada yang memperhatikan, Wulan pun menoleh ke arah jendela.
"Kenapa?" tanya Wulan tanpa terdengar suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.