ლ 3 ; Mulai

1.1K 146 11
                                    

"Yah, lo sih pake jatuh segala! Kalah kan kita!"

Haidar menatap Janu dihadapannya dengan tatapan datar. "Bantuin gue bangun kek, anjing! Malah ngomel."

Dengan terpaksa, Janu mengulurkan tangannya untuk membantu Haidar berdiri dari jatuhnya. Padahal tinggal sedikit lagi tim basket mereka bisa menyelip poin lawan, tetapi gara-gara Haidar terpeleset malah hilang kesempatan mereka.

Jadi hari ini tema pelajaran olahraga mereka adalah basket. Satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan bersaing untuk mendapatkan nilai tambahan dari Pak Beni selaku guru mata pelajaran.

Seperti biasa, Haidar yang memang selalu ingin bersama Janu awalnya protes karena mereka tidak satu tim. Hanya Janu yang menanggung malu disini karena Haidar merengek seperti anak kecil saat meminta untuk satu tim dengannya.

Sekarang Janu menyesal satu tim dengan sahabat karibnya itu.

"Sabar, Jan, ini ujian," kata Mahen selaku teman satu timnya.

"Ujian kepala lo pitak! Udah lah, capek gue pengen selonjoran."

Janu pergi ke tepi lapangan yang kebanyakan dihuni oleh para siswi di kelasnya yang sedang bergosip. Awalnya Janu tak terlalu tertarik dengan obrolan mereka, tetapi ketika salah seorangnya menyebut nama Jevon, Janu mulai menajamkan telinga.

"Iya sumpah, gue liat semalem dia bonceng cewek. Dari belakang aja gue udah tau kalau itu si Jevon."

"Gue kayak kenal ceweknya siapa, tapi nggak mau berspekulasi juga. Intinya, gue potek banget kalau sampe Jevon beneran udah punya pacar."

Janu menggeleng, entah apa yang dilihat oleh teman-temannya dari si Jevon itu. Wajahnya yang tampan? Bahkan Haidar, temannya juga tampan, meskipun banyak minusnya.

"Eh, tapi pernah lo pada pernah denger Jevon ada hubungan sama Mia nggak sih?"

Mendengar nama Mia ada di percakapan mereka, Janu secara refleks menoleh.

"Pernah sih, tapi ya paling cuma rumor doang. Gue juga nggak setuju kalau si Mia yang jadi ceweknya Jevon. Minimal ceweknya Jevon tuh kayak si Wulan lah, primadona MIPA."

Janu menggertakkan giginya dengan tangan terkepal, tak tahu kenapa dia merasa geram dengan semua yang keluar dari mulut teman-temannya itu.

"Daripada ngegosip, mending kalian semua latihan sana! Bukannya bentar lagi giliran tim kalian?" seru Janu merusak keseruan obrolan mereka.

"Yeu, galak banget sih."

"Tau. Kalah ya tim lo?"

"Asem lo pada!"

Janu jadi tak berselera lagi duduk disini, jadi dia memutuskan untuk pergi ke kelas karena timnya sudah selesai bertanding. Disusul oleh Haidar di belakangnya yang berlari kecil, setelah itu merangkul bahunya.

"Lo kenapa deh? Kusut banget itu muka," tanya Haidar setelah keduanya sampai di depan kelas.

Janu menghela nafas. "Gapapa. Emang muka gue gini, susah mau diapain juga."

Haidar tertawa kencang sampai perutnya sakit. "Lo terlalu rendah diri jadi orang."

Janu tak menjawab, dia sibuk menunduk sambil mengayunkan kakinya ke depan dan belakang sambil menyandarkan punggungnya di pilar. Itu membuat Haidar merasa heran.

"Aelah, lo kenapa sih, Jan? Mikirin apaan?"

"Gue juga bingung lagi mikir apa."

"Dih?" Haidar tak tahan lagi untuk menabok wajah Janu sampai sang empu merengut marah. "Lo masih mikirin yang kemarin-kemarin ya? Udah lah, Jan, kalau si Mia nggak mau maafin gue ya gapapa. Lo jangan mikir yang begituan mulu. Gue yang salah kenapa malah lo yang repot?"

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang