//Kesedihan Terbesar dalam Hidupku//--.
----
Yang pertama ku rasakan adalah rasa lega,begitu melihat Ayah sudah sadar dari kritisnya.Melihat tangan dan kakinya sudah bisa bergerak,ada perasaan senang dan terharu juga pastinya.Meskipun sudah ada beberapa perkembangan yang terlihat,tapi aku tetap sedih begitu tau suara Ayah jadi pelan ketika sedang bicara.
Suaranya semakin pelan,wajahnya juga semakin pucat terlihat,tapi aku tidak boleh menunjukkan kesedihan ku lagi didepan Ayah saat ini.Yang bisa ku lakukan adalah,mengajak Ayah bicara sambil sesekali becanda.Kebetulan juga malam ini,kami bertiga bisa menjaga Ayah disini.Setelah acara wisuda kemarin,aku belum ada jadwal apa-apa lagi yang bisa sampai buat diri ku sibuk lagi.Jadi selagi bisa waktunya,maka aku akan menjaga Ayah selalu.
"kamu sudah selesai wisuda?"tanya Ayah ketika aku sedang menyuapi makan malamnya.
"sudah Ayah"jawabku sambil menahan untuk tidak menangis saat ini.
"kamu sangat hebat nak"aku tersenyum kearahnya,lalu Ayah mengelus kepala ku dengan pelan.Tangannya memang sudah bisa digerakkan,tapi itu sangat pelan dan gemetaran juga bahkan.
"jangan sedih ya nak".Aku langsung menghapus air mata yang kurang ajarnya sudah turun saat ini,padahal daritadi sudah ku tahan.Ka Azel yang daritadi memperhatikan kami berdua,sudah ikut ngobrol didekat Ayah.
"kamu makan dulu sana Ra,kamu belum makan dari siang loh"kata Ka Azel mengambil piring makanan Ayah,aku pun mengangguk dan pamitan untuk keluar ruangan disaat Ka Azel dan Ka Anin menjaga Ayah didalam.
Tapi aku bukan langsung untuk mencari makan,melainkan meluapkan rasa sedih yang dari tadi sudah ku pendam.Disebuah lorong kosong dekat ruang VIP ini,memang jarang sekali ada orang yang lewat disini.
Makanya,jadi tempat persembunyian ku selama menjaga Ayah disini.Karna aku bisa menangis sesenggukan disini,tanpa ada orang lain yang melihat ku.Rasanya sangat lega dan bisa mengurangi kesedihan,begitu sudah menangis dan meluapkan semua yang sempat terpendam.Tangisan ku harus berhenti,begitu aku mendengar suara langkah seseorang yang semakin mendekat.Maka dengan cepat,aku menghapus air mata ku dan menormalkan suara seandainya orang dibelakang ku akan bertanya.
"Aira?"..sepertinya tau deh siapa dia ini.
Benar saja,aku sudah melihat Adel berdiri dibelakang ku yang tidak begitu jauh.Dia langsung tersenyum begitu aku sudah mengarah kepada dia.Karna sudah terlanjur ketauan,aku memilih untuk memeluk Adel sambil menangis lagi.
"lu boleh nangis kok Ra"kata dia masih membalas pelukan ku.
"ternyata gua lagi gak baik-baik aja Del,gua sedih banget"..
"sorry ya Ra"kata dia minta maaf,yang membuat ku bingung lalu sudah melepas pelukannya.
"gua gak sengaja liat lu nangis tadi,kirain sih siapa eh taunya lu jadinya gua samperin aja deh"kata dia sudah menjelaskan,mungkin Adel masih memahami bahwa dari dulu memang aku tidak ingin ada orang yang melihat aku sedang nangis.
"gua gak tau pasti kenapa nya sih,tapi gua jadi semakin sedih begitu dengar Ayah lagi bicara Del.Suaranya semakin pelan,mungkin juga perkembangan penyakitnya semakin luas,gua gak tau sih kalau yang itu"aku mulai bercerita ke Adel seperti biasanya,karna aku yakin kalau Adel sangat bisa dalam mendengar cerita ku saat ini.
"sedih banget Del,tapi gua gak tau juga harus apa"..
Dengan keadaan masih nangis,tapi aku berusaha tersenyum kearah Adel."its oke Aira,gak semuanya harus ditutupi sama rasa kuat kok".
"terkadang,Tuhan itu mengasih ujian ke kita karna tau hanya kita yang mampu melewati ini semua Ra.Kan lu sendiri yang bilang,katanya kita harus melewati fase sedih dulu sebelum menggapai kebahagiaan yang mau kita raih".
KAMU SEDANG MEMBACA
365'Days {On Going}
RomanceSetiap pasangan punya cerita. Setiap cerita mengandung rasa. Setiap rasa berharap ada cinta. Jika sudah saatnya, semoga semua cinta yang sederhana akan menggapai pada pemiliknya. Aku sudah mengalami dua kali gagal dalam membangun hubungan, yang semu...