Bab 19

49 8 0
                                    

//Mencoba Bertahan//--.

----

Menurut psikologi,butuh enam bulan untuk melupakan seseorang.

Jika lebih, maka artinya kamu benar-benar mencintai dia.

Untuk kasus ku saat ini memang belum enam bulan waktunya,tapi kalau masih ada rasa sakit aku juga tidak begitu paham maksudnya.Aku tidak bisa mengklaim diri ku bisa melupakan dia,dengan waktu kurang dari enam bulan.

Aku dan Adel sudah lama tidak berkomunikasi semenjak dari akhir pertemuan kita waktu itu.Kami juga jarang bertemu diarea kampus,sangking sudah sibuknya kegiatan kami masing-masing.Tapi sekalinya melihat lagi,ini pun lebih baik dari kejauhan aja rasanya masih ada rasa sesak di dada.

Yang pertama memang,dada ku sesak begitu melihat Adel kembali setelah sudah cukup lama tidak melihat dia.Dengan keadaan dia yang sehat wal afiat,masih gigih dengan badannya yang semakin tegap,mungkin joggingnya juga semakin rajin maybe i don't know more about this.

Yang kedua begitu melihat dia dengan siapa saat ini,rasa sesak itu semakin terasa sekali.Ditambah lagi,Adel sangat happy dari ekspresi wajahnya begitu mencium wanita didepannya.Mereka bermesraan didepan umum,mungkin memang agak tersembunyi kali ya tempat mereka berdiri saat ini.Tapi kalau dilihat dari dalam cafe,cukup bisa terlihat adegan mereka saat ini.Padahal aku cukup tau bagaimana karakteristik Adel,dia orangnya jarang mengumbar kemesraan dengan pasangannya.

"kenapa ya Mas,rasanya sakit banget"kataku berlirih pelan dengan Mas Bagas masih memperhatikan ku sedang nangis.

Mungkin bukan karna alasannya Adel saja yang membuat ku nangis saat ini,tapi aku sedang merasa bahwa pikiran ku juga sedang mumet yang membuat ku harus menangis saat ini untuk melegakan perasaan ku.Padahal selama ini aku orangnya juga jarang menampilkan kesedihan ku,apalagi ini ke orang yang belum terlalu kenal dan akrab.

"orang kaya kamu,ternyata bisa sedih juga ya Ra?"entah itu kalimat untuk menenangkan atau dia sedang meledek ku,tapi anehnya aku bisa tersenyum begitu mendengar kalimat dia tadi.

Tapi aku masih lanjut memperhatikan Adel,bukannya menyudahi agar perasaan ku tidak semakin sakit.Bodoh sekali memang rasanya diri ku saat ini,padahal sudah jelas-jelas ini sangat salah.Aku terlalu munafik untuk jujur pada keadaan ku saat ini.

"mau aku pesenin makanan?"tanya dia masih mencoba mengajak ku ngobrol,tapi aku hanya bisa menggerakkan tubuh ku saja sebagai jawaban.Karna aku masih sibuk menghapus air mata,jadi aku masih mencoba menormalkan suara ku yang pasti akan terdengar habis menangis.

"sorry banget ya Mas sebelumnya,Mas harus liat orang nangis bukannya kita senang-senang saat ini".

"aku gak tau harus bagaimana tadi,aku bingung Mas lihat orang yang sempat hadir di hidup aku tau-tau dia sudah bahagia sekarang ternyata.Rasanya memang sakit sekali,tapi aku juga bodoh karna masih menangisi keadaan dan takdir".

Mas Bagas yang dari tadi diam,semakin mendekatkan tatapannya kearah ku.Dia seakan sedang mengerti,untuk mendengarkan dan diam saja ketika aku sedang menangis.Dia juga mengasih ku sapu tangan berwarna hitam miliknya,dan aku segera menghapus air mata ku.

"thanks ya Mas,udah mau dengerin tangisan aku dan aku harap jangan pernah bahas ini ya kalau Mas pernah liat aku nangis"kataku sudah berusaha untuk tersenyum,lalu aku lebih memilih untuk ke toilet sebentar dan memesan menu lagi agar mood ku juga bisa kembali dengan baik.

Coklat Panas.

Merupakan minuman yang bisa menambah energi dan menstabilkan mood ku yang mendadak kacau saat ini.Aku juga tidak tau sih apakah di orang lain juga merasakan yang sama kalau sudah minum minuman ini atau tidak,entahlah.Sambil aku masih menikmati coklat panas ini,Mas Bagas juga sudah mulai makan makanannya yang sudah dingin.

365'Days {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang