Bab 23

48 9 0
                                    

//Mulai Hidup yang Baru diKota Orang//--.

----

Ku kira dengan menghadapi kenyataan bahwa,aku telah kehilangan figure seorang Ayah adalah kesedihan yang paling besar dalam hidup ku.

Tapi ternyata ada yang lebih menyedihkan lagi,ketika tau kalau rumah kami harus dijual.

Hari setelah Ayah sudah tidak ada,kami anaknya disibukkan dengan harus mengurus berkas tentang pembagian warisan.Bahkan aku dan Ka Anin sebagai anak yang satu rumah sebelum Ayah tidak ada,tidak tau sama sekali tentang warisan yang sudah Ayah siapkan ternyata.

Ku kira,aku bisa tetap tinggal disini untuk mengenang kenangan indah yang sudah lama tercipta selama ini.Atau paling tidak,rumah ini bisa menjadi satu tempat yang akan ku kunjungi setelah makam Ayah pastinya ketika aku sedang rindu dengan Ayah.Tapi takdir berkata lain,rumah ini harus dijual sebagai pembagian warisan yang sudah dibagi rata oleh pihak yang mengurusi atas persiapan yang Ayah lakukan.Untuk masalah perwarisan ini,aku sama sekali tidak tau kapan Ayah sudah menyiapkan ini semua.Aku juga tidak terlalu paham akan hal ini,jadi hanya mengikuti alurnya saja dan atas perintah dua kakak ku.

Pastinya cukup sedih ya,harus meninggalkan rumah yang penuh kenangan ini.Rumah yang menjadi tempat aku pulang selama ini,dalam keadaan apapun.

Rumah yang selalu disambut hangat oleh Ayah,ketika dulu aku baru pulang kerja ataupun kuliah.Salah satu hal yang masih ku rindukan sampai saat ini,karna Ayah selalu menyambut hangat kedatangan semua anaknya.

Rumah yang telah menjadi saksi,bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ku dari kecil sampai umur ku sudah dua puluh dua tahun saat ini.Banyak kenangan indah dan ada sedihnya juga pasti selama aku tinggal disini.

Untungnya adalah,aku sudah boleh menaruh barang pribadi ku di mess yang sudah disiapkan di Bogor.Jadi,aku sudah bisa beres-beres barang ku untuk dibawa ke Bogor.Yang kali ini dibantu oleh Mas Bagas,Mas Nuga dan beberapa juniornya yang memang sengaja untuk membantu pindahan kami.

Aku masih mengamati kamar kesayangan ku ini,kamar yang sudah menjadi saksi bisu atau lebih tepatnya menjadi teman ku yang setia.Kamar dengan kondisi apa adanya ini,sudah menjadi tempat berlindung paling aman menurut ku selama ini.Dan aku baru menyadari satu hal,ada satu tali cukup panjang yang menyatu pada lampu tumblr yang dimana ada beberapa foto terpajang ditali ini.Aku pun membereskan tali tumblr,dan kulihat ternyata masih ada foto kenangan aku dan Adel dulu.Aku sampai lupa untuk membuang foto ini,karna kebetulan tempat peletakannya jarang ku jamah.

Ternyata cukup banyak juga foto yang ku cetak dulu disini,kurang lebih ada tiga puluh foto yang berhasil ku kumpulkan.Mungkin salah satu caranya dengan membuang semua kenangan dengan Adel, dengan perlahan namun pasti.

"lagi bakar apa Ra?"tanya seseorang dari arah belakang ku,yang ternyata Ka Azel.

"eh ini Ka bakar foto-foto"jawabku masih sambil memperhatikan foto-foto dan beberapa kartu ucapan dari Adel,sudah saatnya aku benar-benar untuk melupakan Adel sekarang.

"foto sama kenangannya juga ya Ra?"tanya dia lagi, yang sepertinya sedang meledek ku.

"ya gakpapa sih malah bagus,masa masih mau sama yang gak pasti aja sih?"aku sedikit tertawa mendengar kalimat Ka Azel yang cukup menampar ku saat ini.Memang benar sih,sakit rasanya kalau terus menerus berharap pada seseorang yang sudah pasti tidak akan bersama kita lagi.Aku juga sudah memahami akan hal itu,dengan dia datang lagi memang ku akui bahwa aku sedikit terbawa perasaan lagi,tapi berharap lagi itu tidak ada didalam perasaan ku.

"barang kamu sudah semuanya Ra?"kulihat yang bertanya adalah Mas Bagas.

"oh,udah kok Mas tinggal buku-buku aja dikamar"jawabku sambil membereskan barang yang ku rapihkan ke dalam koper besar.

365'Days {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang