Bab 34

48 9 0
                                    

//Ujian Kesabaran//--.

----

'Aira,kok menghindar dari saya sih?',

'Aira,kok kamu jadi cuekin saya sih?',

'yaudah Aira jadi asisten saya ya,gimana?'.

Sebenarnya bukan aku menghindari Mas Alif ketika aku sudah tau bagaimana perasaan dia ke aku.Tapi aku jadi tidak enak aja perasaannya begitu harus dekat dengan dia lama-lama.Kalau memang bisa dihindari,ya maka akan ku lakukan untuk saat ini.Kurasa sampai waktu dimana kami bisa saling menerima kenyataan masing-masing,entah sampai kapan.

Awalnya memang sudah ku rencanakan,
kalau aku ingin mengurangi aktivitas bersama Mas Alif terutama diluar kantor atau mengurangi bicara dengan dia dalam waktu yang lama.Karna ya aku sudah memahami bagaimana sifat dia yang selama ini tidak peka terhadap sesuatu.
Jadi kupikir,perubahan sikap ku ke dia ya tidak akan dia sadari.Tapi ternyata aku salah dan gagal,dia menyadari itu bahkan sampai merekrut aku jadi asistennya.Yang dimana,aku jadi mengikuti kegiatan dia sehari-hari yang cukup sibuk luar biasa.

Ini salah satu kekurangan yang ada pada diri ku,i know that dan memang ku sadari,yaitu terlalu cepat mengambil langkah.Entah aku sudah terlalu sering mengambil keputusan dalam hidup ku,atau memang sudah dari dulu-dulu aku selalu seperti ini.Kalau aku tipe orang yang hanya melihat risiko pada setiap keputusan yang ku ambil,dalam jangka pendeknya saja.Aku baru menyadari dan langsung bertemu dengan risiko besarnya,tanpa aku bisa menyiapkan diri terlebih dulu.Sama dengan kasus yang sekarang,aku melupakan risiko besar ketika aku sudah memutuskan untuk menghindari Mas Alif.
Yaitu,aku lupa kalau Mas Alif juga bisa bertindak lebih ekstrim lagi yang dimana bisa merubah rencana awal ku.

Oh iya kalau dengan Mas Aji,aku merasa kalau dia ini jauh lebih dewasa dari Mas Alif.Maksud ku pemikirannya ya,Mas Aji sudah menerima keputusan ku bahwa aku tidak bisa menerima perasaan dia tapi aku tetap menghargai bagaimana kebaikan dia selama ini.Bahkan aku baru disadari oleh Alinda,tentang Mas Aji yang selama ini dia sering mengasih ku snack,makan siang atau kopi setiap harinya.Dengan berbagai macam alasan kenapa dia mengasih ku,ya ku pikir ya karna dia memang baik.
Ternyata aku salah mengartikan kebaikan dia yang itu,terlihat bodoh sekali bukan?..

Aku juga masih bingung dengan tugas ku menjadi asisten pribadinya Mas Alif.Aku hanya mengikuti jadwalnya dia saja,yang terkadang mendapat dinas keluar untuk evakuasi.Sikap Mas Alif yang sudah kembali dingin dengan ku,persis seperti awal kami bertemu yang dimana ya kami saling berdebat lagi.Tapi dilain hal,aku juga cukup senang kalau ternyata aku ikut dia evakuasi,karna aku bisa bertemu dengan banyak orang,dapat berinteraksi dengan orang lain.Dengan ini,seakan semesta sedang menjawab kebosanan yang sedang ku keluhkan akhir-akhir ini.Tapi untuk menjadi asisten seperti ini,aku juga tidak tau apakah sebenarnya boleh diadakan atau tidak.Yang pasti,Mbak Nia selaku senior dan penasehat kami disini memperbolehkan saja Mas Alif memilih ku menjadi asistennya.

"kenapa gitu mukanya? Kesel ikutin jadwal saya?"tanya dia begitu aku baru masuk ke mobilnya.Bukan karna kesal dengan dia,tapi aku kesal ditinggal sama dia yang selalu duluan jalannya.

Aku tidak menanggapi pertanyaan dia,melainkan masih sibuk dengan pesan yang baru dibalas oleh Mas Bagas.

'aku baik-baik aja disini,kamu semangat terus ya Aira'.

"jadwal saya selanjutnya apa Airanida?".

Aku langsung mengecek jadwal dia selanjutnya yang sudah tersimpan di note HP ku."selesai makan siang,Bapak Alif ada jadwal pertemuan dengan Bapak Dinas Sosial untuk membicarakan perencanaan kerja sama".

"sampai jam?"dia bertanya sambil sudah menyetir menuju lokasi yang sudah ku kasih lewat pesan.

"jam dua siang".

365'Days {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang