3. sekolah bareng

30.3K 1.2K 6
                                    

Jangan lupa vote + comment ya!

Happy reading......
.
.
.

Hari ini merupakan hari pertama Agatha bersekolah di sekolah Indonesia. Agatha menebak-nebak tentang bagaimana dirinya akan bersekolah di sini. Agatha yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya mulai menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk sarapan.

Setelah selesai sarapan, semua penghuni rumah kembali ke urusan masing-masing. Orang tua Bian pergi bekerja sekaligus mengantarkan Bayu ke sekolahnya. Sedangkan Bian dan Agatha juga hendak pergi ke sekolah bersama. Agatha menunggu Bian di gerbang rumah sembari memainkan ponselnya.

Tit!

Klakson motor Bian berhasil mengagetkan Agatha. Sontak Agatha langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Hah? Seriusan lo bawa motor? Kenapa ga bawa mobil aja sih? Ntar kalo rambut gue berantakan di hari pertama sekolah gimana? Lo mau tanggung jawab? Ntar kalo gue diketawain gimana?" Cerca Agatha dan Bian pusing dibuatnya.

"Bacot lo! Kalo ga mau, yaudah! Gue bisa sendiri ke sekolah."

"Eh! Okay, okay, gue gapapa kok naik motor. Naik sepeda juga gapapa, hehe." Pasrah Agatha.

Agatha langsung menaiki motor Bian. Namun ia baru mengingat sesuatu yang sepertinya terlupakan. "Eh mana helmnya?"

"Ga usah bacot!" Sarkas Bian dan langsung melajukan motornya menuju sekolah.

Sepertinya sudah akan terlambat, Bian melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata. Hal tersebut membuat Agatha terpekik kaget dan dengan refleks langsung memeluk tubuh Bian.

Tiba-tiba motor Bian melambat dan berhenti di pinggir jalan yang pasti tempat itu bukanlah sekolahnya. Agatha yang sadar bahwa dirinya memeluk erat tubuh Bian langsung melepaskan pelukannya dengan cepat.

"Turun!" Titah Bian.

"Ngapain berhenti disini? Sekolah kita di sini ya?" Tanya Agatha polos sembari menuruni motor Bian.

"Sekolahnya di depan, gue ga bisa anterin lo sampe sekolah."

"Hah?! Kok gitu? Jadi gue harus naik apa ke sekolah?"

"Cuma beberapa meter lagi, lo punya kaki kan? Ga usah manja!"

"Tau gitu gue mesen taxi aja tadi! Lo ngeselin banget tau ga!"

Bian tak menggubris perkataan Agatha dan langsung melajukan kembali motornya menuju sekolah.

"What the hell?! Dia beneran ninggalin gue sendirian?!"

"BIAN SIALAN!" Teriak Agatha kesal.

Dengan kesal Agatha terpaksa berjalan menuju sekolah barunya. Agatha lalu melihat ke jam digital yang melilit di tangannya. "GUE HAMPIR TELAT!"

Agatha berlari sekuat tenaga agar dirinya tidak terlambat di hari pertamanya sekolah. Dan sampailah kini Agatha di depan gerbang sekolah yang ternyata belum ditutup. Agatha langsung dengan cepat merapikan seragam dan rambutnya agar tidak terlihat berantakan.

Agatha mulai berjalan memasuki area sekolah dan benar saja, dirinya kini tengah menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang berlalu-lalang disana. Agatha nampak begitu menawan dengan aura gadis Amerikanya sangat kental. Agatha sepertinya akan menjadi target incaran cowok-cowok di sana.

Agatha mulai mencari dimana ruang kepala sekolah berada dan ia mulai bertanya pada salah satu siswa di sana. Setelah menemukan dimana letak ruang kepala sekolah, Agatha langsung menuju ke sana.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi," ucap Agatha sopan sembari mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Iya silahkan masuk." Jawab sang kepala sekolah.

Agatha langsung masuk setelah dipersilahkan untuk masuk oleh kepala sekolah.

"Silahkan duduk nak Agatha."

Agatha langsung mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia.

"Semua surat-surat perpindahan kamu sudah beres dan kamu sudah bisa tinggal bersekolah saja. Nanti kamu tunggu wali kelasmu disini untuk ke kelas bersama." Jelas kepala sekolah.

"Iya, Bu." Jawab Agatha sopan.

Tak lama menunggu kini datang seorang wanita yang terlihat seumuran dengan mamanya. Sepertinya wanita tersebut adalah guru yang dimaksud oleh kepala sekolah.

"Bu Hera, ini murid baru yang saya bilang," Ujar kepala sekolah.

"Oh iya Bu, mari nak ikut ibu ke kelas."

Agatha mengangguk dan langsung pamit dengan kepala sekolah untuk ke kelas barunya.

Saat dirinya dan Bu Hera sampai di kelas, semua pasang mata langsung memperhatikan dirinya yang masih terlihat sangat asing. Terlihat juga banyak yang bisik-bisik.

"Sialan, ngapain tu cewek harus sekelas sama gue?" gumam Bian yang masih bisa didengar oleh temannya.

"Lo kenal tu cewek?" Tanya Vino dari bangku depan Bian. Ia merupakan teman satu geng motor Bian juga teman satu klub basket. 

"Ga," Jawab Bian singkat.

"Bagus kan, cewek cantik di kelas kita nambah, haha." Seloroh Vino.

"Heh! Itu yang di belakang ngapain ngobrol?" Tegur Bu Hera

"Bian duluan Bu!" elak Vino

"Sialan lo!" Bisik Bian kesal.

"Ayo perkenalkan diri kamu." titah Bu Hera kepada Agatha.

Agatha mengangguki ucapan Bu Hera dan mulai memperkenalkan dirinya. "Kenalin saya Agatha Christina Wilson, saya murid pindahan dari sekolah di Amerika. Semoga kita bisa akrab, mohon bantuannya ya."

"Agatha kok bisa cantik banget sih?" Celetuk salah satu siswa laki-laki di kelas tersebut.

"Agatha bagi nomornya dong," celetuk siswa laki-laki lainnya.

"Udah-udah! Kalian ini jangan godain temen sekelas!" Kesal Bu Hera.

"Okay, Agatha kamu bisa duduk di sebelah Bian karna cuma bangku itu yang masih kosong." Titah Bu Hera.

Agatha langsung mengangguk dan mulai berjalan menuju bangku yang Bu Hera maksud. Sebenarnya ia terpaksa dan tak ingin memiliki kesan yang buruk di hari pertamanya bersekolah.

Bian sama sekali tak menatap dirinya dan hal tersebut tentu saja tak dihiraukan oleh Agatha. Mereka bersikap seperti mereka tidak mengenal satu sama lain.

°°°°°

"Baik anak-anak, sampai disini dulu pertemuan kita kali ini, jangan lupa pelajari materi selanjutnya." Ucap Bu Hera menutup pelajaran kali ini karena sudah waktunya istirahat.

Semua murid di kelas tersebut langsung mengerumuni bangku Agatha untuk berkenalan yang tentu saja membuat Bian merasa sangat jengkel. Bian langsung berdiri dan meninggalkan bangkunya.

Bian berjalan menuju ke bangku seorang siswi yang tengah asik mencatat. "Mala lo tuker tempat duduk sama gue," pinta Bian.

"Lah kenapa? Cewe harus duduk sama cowo, kan?" heran teman sebangku Mala.

"Gue ga pengen duduk sama tu cewe!"

"Boleh kok, Bian!" Pungkas Mala yang membuat Agatha yang memperhatikannya dari bangku belakang terheran heran karena dengan begitu mudahnya Mala mengiyakan keinginan Bian.

Agatha mengedikan bahunya acuh tak acuh lalu memindahkan barang-barangnya ke bangku Mala. "Oke gue pindah! Tapi gue duduk disini sama Mala."

Keputusan pun telah dibuat, semua setuju dengan keputusan tersebut dan kini Agatha duduk dengan Mala sedangkan Bian duduk dengan Andi, teman sebangku Mala.

Tbc...

ABIAN  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang