Jangan tekan bintang + comment ya!
Happy reading!
.
.
.
.⚠️ Terdapat adegan kekerasan pada part ini
....
Bruk!
Mala kembali memukul Gavin dan Vani menggunakan balok kayu hingga membuat mereka jatuh tersungkur. Balok kayu tersebut mengenai tepat kepala belakang Gavin hingga membuatnya berdarah dan jatuh tak berdaya seperti yang dialami Mala tadi. Namun hal tersebut bisa jadi hanya membuat seseorang pingsan seperti Mala yang kini bisa terbangun kembali.
Namun balok kayu tersebut hanya mengenai punggung Vani oleh sebab itu, Vani langsung berusaha melawan. Mala berusaha mengambil pisau Vani hingga membuat tangannya terluka dan akhirnya pisau Vani berhasil Mala ambil lalu Mala mendorong tubuh Vani hingga jatuh tersungkur.
Mala menodongkan pisau tersebut tepat di hadapan Vani yang tersungkur tak berdaya. "GUE NYESEL PERCAYA SAMA CEWEK LICIK KAYA LO!" Teriak Mala.
Namun naasnya kepala Mala kembali terasa pusing karena darahnya terus keluar sedari tadi. Vani yang melihat hal tersebut langsung merasa lega. Tubuh Mala kini tumbang tak berdaya. Vani kembali mengambil pisau dari tangan Mala dan berniat untuk kembali menyakiti Agatha.
Brak!
Tiba-tiba pintu gudang tua tersebut terbuka lebar dan memperlihatkan Bian dengan wajah penuh amarahnya. Bukan hanya Bian, namun banyak lagi gerombolan siswa laki-laki yang membantu untuk mencari Agatha. Para guru juga ikut bersama Bian.
Semua terlihat begitu syok melihat banyak darah di lantai, Agatha yang diikat dan Vani yang mengarahkan pisau ke arah Agatha. Melihat hal tersebut, Vani langsung menjatuhkan pisaunya ke lantai lalu berjalan mundur ketakutan.
Bian langsung berlari ke arah Agatha lalu membuka lakban dan ikatan tali tersebut dari Agatha. Sedangkan Vino terlihat sangat khawatir ketika melihat tubuh Mala yang tergeletak di lantai dengan berlumuran darah. Vani yang berencana untuk kabur langsung ditahan oleh Bara.
Agatha langsung memeluk tubuh Bian erat sembari menangis tersedu-sedu. Tubuhnya masih terasa bergetar karena ketakutan. Agatha sampai tidak bisa merasakan sakit di dahinya yang sudah mengeluarkan banyak darah saking takutnya.
Para guru langsung mengarahkan mereka untuk membawa semuanya ke camp. Pada hari itu juga, kegiatan camping sekolah terpaksa dihentikan.
Tubuh Agatha kini melemas karena kekurangan banyak darah. Tubuh Agatha kini tumbang di pelukan Bian. Hal tersebut tentu saja membuat Bian panik. Bian langsung menggendong tubuh Agatha menuju camp.
Sesampainya di camp, para guru langsung menelepon ambulans dan membawanya mereka semua ke rumah sakit terdekat. Setelah ambulans sampai, mereka semua langsung dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan Vani langsung dibawa ke kantor polisi. Gavin terpaksa belum dibawa ke kantor polisi karena Gavin belum sadarkan diri. Gavin ikut dilarikan ke rumah sakit terdekat karena pingsan.
Bian memangku tubuh Agatha di ambulans. Bian mulai menitikkan air matanya sembari memegang erat tangan Agatha. Hati Bian seperti ditusuk-tusuk seribu pisau.
"Lo harus bertahan Agatha...." Lirih Bian kemudian ia mengecup kening Agatha lembut.
°°°°
Setelah sampai di rumah sakit, Agatha langsung mendapat penanganan dari dokter. Bian menunggu Agatha di depan ruang rawat inap Agatha karena dokter masih menangani kekasihnya itu.
Orang tua Agatha pun sudah dihubungi oleh pihak sekolah. Sedangkan Bian langsung menelepon kedua orang tuanya.
Bian menunggu lumayan dan kini akhirnya sang dokter yang menangani Agatha keluar dari ruang rawat inap Agatha. Bian dengan cepat langsung menanyakan bagaimana kondisi Agatha saat ini.
"Kondisi pasien masih sangat lemah karena sepertinya dia mengalami syok berat, pendarahannya juga lumayan banyak karena luka di keningnya yang lumayan besar. Kita berdoa saja yang terbaik untuk pasien." Jelas sang dokter.
"Baik, terimakasih Dok."
"Saya permisi dulu." Pamit sang dokter.
Dokter tersebut kemudian beranjak dari tempat tersebut. Disaat yang bersamaan, orang tua Bian akhirnya telah datang.
"Gimana keadaan Agatha, Bian?" Tanya mama Bian panik.
"Dia belum sadarkan diri, Ma."
Bian langsung memeluk tubuh mamanya itu sembari menitikkan air matanya. "Bian udah gagal jagain Agatha, Ma..." Lirih Bian.
Mama Bian mengelus lembut kepala Bian untuk menenangkan hati Bian. "Udah, jangan nyalahin diri kamu terus. Ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu."
Mereka kemudian langsung memasuki ruang rawat inap Agatha. Terlihat Agatha yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Bian menatap Agatha dengan tatapan sendunya. Dalam hatinya, Bian terus saja menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Agatha dengan baik.
Drrt! Drrt!
Ponsel mama Bian berdering dan terlihat mama Agatha lah yang meneleponnya. Tanpa ba-bi-bu lagi, mama Bian langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo." Sapa mama Bian.
["Sarah! Gimana keadaan Agatha?"] Tanya mama Agatha panik.
"Dia belum sadarkan diri, kayaknya dia syok banget abis kejadian tadi."
["Aku belum bisa ke Indonesia hari ini, kamu jagain dulu Agatha ya, Sarah. Aku minta tolong, secepatnya aku akan berusaha untuk ke Indonesia."] Suara mama Agatha mulai terdengar bergetar. Mama Agatha tak kuasa menahan air matanya ketika mendengar kabar putri semata wayangnya tengah terbaring lemah di rumah sakit.
"Iyaa, pasti aku jagain Agatha dengan baik. Kamu ga usah khawatir." Ucap mama Bian menenangkan.
["Iya Sarah, aku percaya. Nanti kalo Agatha udah bangun, kabarin ya."]
"Iyaa."
Tut!
"Apa katanya, Ma?" Tanya papa Bian.
"Katanya mereka belum bisa balik ke Indonesia karna ada sedikit masalah, jadi mereka minta tolong ke kita buat jagain Agatha." Papa Bian pun mengangguk mendengar jawaban dari istrinya itu.
"Bian, kamu udah makan?" Tanya sang mama yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Bian.
Orang tua Bian memutuskan untuk langsung pergi membelikan Bian makanan karena merasa khawatir dengan anaknya itu.
Bian mulai mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Agatha. Bian meraih tangan Agatha lalu menggenggamnya lembut.
"Gue minta maaf, karna gue semua ini terjadi. Gue ga bisa jagain lo dengan baik."
"Gue ga mau kehilangan elo, Tha."
Bian mulai tersenyum miris lali ia mengelus lembut tangan Agatha. "Cepet sembuh, sayang." Ucapnya lembut lalu ia mengecup tangan Agatha.
Mata terus menatap wajah Agatha dan enggan untuk berpaling. Bian terlihat begitu lemah saat ini ketika melihat kekasihnya yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit.
Tbc...
Maaffff yaaa, author telat up nya
Jangan lupa tinggalin jejak dengan klik tombol bintangnya.
Kabarin kalo ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIAN [END]
Teen Fiction"What?! Gue harus tinggal satu atap sama badboy yang ga gue kenal?!" [FOLLOW SEBELUM BACA YA] Agatha Christina Wilson, gadis cantik keturunan Amerika yang mau tidak mau harus tinggal di rumah teman orang tuanya dikarenakan keinginan orang tuanya. Or...