34. jealous

13.6K 586 3
                                    

Jangan lupa vote + comment ya!
Happy reading!
.
.
.
.

Bian mengendap-endap menuju kamarnya agar tidak ada yang melihat. Kini sampailah Bian di depan kamarnya dan Bian menghela nafas lega karena tak ada yang melihatnya. Sepertinya semua orang telah tidur karena sudah malam.

"Ekhem!" 

Bian terkejut ketika melihat ke samping, terlihat Agatha yang baru keluar dari kamarnya.

"Kok belum tidur?" Tanya Bian.

"Kik bilim tidir." cibir Agatha kesal.

"Abis dari mana lo?" Tanya Agatha ketus.

Bian langsung berusaha menyembunyikan tangan kirinya yang terluka. Meskipun ditutupi jaket, namun noda bercak darahnya terlihat jelas di jaket hitamnya juga terlihat lengan jaketnya yang sedikit robek.

"Abis dari luar." Jawab Bian ambigu.

"Kalo ngomong madep sini! Dari luar dimana?"

Bian menoleh ke arah Agatha namun tubuhnya masih tetap menghadap ke kamarnya karena untuk menyembunyikan lengan kirinya yang terluka.

"Tidur sana, udah malem. Ga baik begadang." Titah Bian mengalihkan topik pembicaraan.

Agatha memperhatikan gerak-gerik Bian yang sangat mencurigakan. Lalu Agatha meraih tangan kiri Bian agar Bian menghadap ke arahnya.

"Awshh...!" Ringis Bian.

"Tangan lo kenapa?!" Pekik Agatha ketika melihat tangan Bian yang terluka.

"Luka."

"Iya tau! Kok bisa?"

Bian hanya mengedikan bahunya dan tak mau memberitahu Agatha tentang perkelahiannya dengan geng rival.

"Sana masuk dulu ke kamar! Biar gue ambilin obat." Titah Agatha.

Agatha berjalan mendekati Bian yang tengah terduduk di tepi ranjangnya. Agatha membawakan sebuah kotak P3K untuk mengobati luka Bian.

"Buka jaket lo." Titah Agatha.

Bian menurut lalu membuka jaketnya, namun ternyata Bian juga memakai baju berlengan panjang. Tanpa basa-basi lagi Bian langsung membuka bajunya dan kini ia bertelanjang dada.

Hal tersebut tentu saja membuat Agatha malu. Agatha memalingkan wajahnya karena merasa canggung. Pipinya memerah saat ini.

"Jadi?" Tanya Bian heran karena Agatha hanya berdiri mematung.

"Ah iya, jadi."

Agatha langsung mengobati luka Bian dengan hati-hati.

°°°°°°°°°°°°°°

Drrt! Drrt!

Dering telepon berhasil membangunkan Bian dari tidur pulasnya. Ia pun langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Hmm?" Deham Bian dengan nada bertanya karena masih malas untuk berbicara.

["Minta tolong nanti kasih tau ketua kelas gue kalo gue izin."] Ucap seorang dari seberang telepon yang ternyata adalah Bara.

"Izin kemana lo?" Tanya Bian penasaran.

["Males aja sekolah, muka gue babak belur."] Jawabnya yang langsung dimengerti oleh Bian.

"Iya nanti gue kasih tau."

["Thanks bro."]

Tut!

ABIAN  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang