35. kekesalan

12.6K 535 12
                                    

Jangan lupa vote + comment ya!
Happy reading!
.
.
.
.
.

"Agatha!"

Panggil Mala sembari berjalan mendekati Agatha yang hendak keluar kelas.

"Ngantin bareng yuk." Ajaknya.

"Lo ga ngantin sama pacar lo?" Heran Agatha.

"Ga ah, kali ini mau sama lo aja."

Agatha mengangguk, kemudian mereka langsung berjalan menuju kantin bersama-sama.

Bian yang baru terbangun dari tidurnya terlihat heran karena mendapati Agatha yang sudah tidak ada di bangkunya. Semua siswa juga sudah tidak ada di kelas. Suasana kelas nampak sudah sepi.

Bian memang tertidur ketika jam pelajaran PPKn berlangsung. Karena ia sangat tak mampu menahan rasa kantuknya. Sang guru menerangkan dengan sangat lama sehingga dirinya merasa sangat bosan. Untungnya guru tersebut tidak mengetahui ketika Bian tertidur.

Meskipun Agatha masih merasa kesal dengan Bian, namun dirinya tetap berusaha melindungi Bian agar tidak ketahuan.

Bian memerjapkan matanya beberapa kali agar rasa kantuknya tidak lagi menyerang.

Kemudian Bian berjalan keluar dari kelas, menyusuri koridor sekolah untuk mencari keberadaan sang pacar.

"Woi bro!" Panggil Vino yang tengah berjalan mendekati Bian bersama dengan Bara.

"Lo liat cewek gue ga?" Tanya Bian to the point.

"Ada tadi di kantin." Jawab Bara.

"Sama cowok." Ceplos Vino yang langsung dihadiahi cubitan oleh Bara.

"Awshh! Sakit anjing!" Sarkas Vino.

"Lo mau ni bocah ngamuk di kantin?!" Bisik Bara penuh penekanan.

"Anjir lupa." Bisik Vino balik.

Benar dugaan mereka, tanpa ba-bi-bu lagi Bian langsung bergegas menuju kantin dengan tatapan mautnya. Hal tersebut tentu saja membuat Vino dan Bara panik karena Bian bisa saja nekat.

"WOY BIAN! TU COWO BOTI KOK!" Teriak Vino namun tak dipedulikan oleh Bian.

"Siapa yang boti njir?" Heran Bara.

"Udah lo diem aja! Biar di Bian kaga ngamuk."

"Elo sih!"

"Ya mana gue tau si Bian bakal marah."

"Kaya lo ga kenal gimana Bian aja."

Bian berjalan menuju kantin dengan perasaan campur aduknya. Kesal, marah, khawatir, campur aduk. Memang tidak biasanya Bian seposesif ini dengan pacarnya. Namun Bian sering melihat aplikasi chat Agatha yang dipenuhi chat cowok-cowok tidak jelas yang minta di simpan nomornya. Oleh karena itu Bian merasa lebih khawatir kali ini.

"Bian! Sini!"

Saat tengah asik berjalan, tiba-tiba Bian dipanggil oleh pak Bobby yang tengah merapikan kebun sekolah.

Bian berpura-pura tidak mendengar dan hendak terus berjalan.

"Heh kamu jangan pura-pura budek! Jarak kamu sama bapak loh cuma lima langkah."

Bian dengan terpaksa berbalik badan, dengan tampang watadosnya ia kemudian berjalan mendekati pak Bobby.

"Kenapa pak?"

"Ini bantuin bapak menata semua tanaman." Titah pak Bobby.

"Tapi pak--"

"Udah sini cepet bantuin! Makin cepet mulai, makin cepet selesainya." Sela pak Bobby.

ABIAN  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang