19. camping

19K 823 3
                                    

Jangan lupa vote + comment ya!
Happy reading!
.
.
.
.

Hari dimana sekolah Agatha akan mengadakan camping kini telah tiba. Camping akan di adakan di salah satu dataran tinggi yang cukup terkenal di Indonesia dan dalam waktu tiga hari dua malam. Agatha nampak tengah bersiap-siap di depan cermin. Namun tiba-tiba Agatha teringat sesuatu.

"Bentar, Bian kan kemarin pulang dalam keadaan mabuk? Dia pasti belum bangun!" Paniknya.

Agatha langsung berlari keluar dari kamarnya lalu menggedor pintu kamar Bian.

Tok! Tok! Tok!

"BIAN! BANGUNN!"

Dengan terpaksa Agatha langsung memasuki kamar Bian. Agatha hendak membangunkan Bian yang tengah tertidur pulas namun niatnya ia urungkan sejenak.

Bagaimana tidak? Tentu saja Agatha merasa sangat canggung ketika melihat Bian yang tertidur pulas tanpa mengenakan baju dan hanya mengenakan celana. Tubuh sixpack Bian terpampang jelas dan membuat wajah Agatha memerah. Namun karena tak punya pilihan lain, Agatha terpaksa menepuk-nepuk tangan Bian agar terbangun. Agatha juga berusaha menarik tangan Bian.

Tak lama, Bian kini berhasil dibangunkan oleh Agatha namun mata Bian masih belum terbuka sempurna. "Apaansih?" Gumam Bian.

"BANGUN CEPET! LO MAU KETINGGALAN BUS?!" Teriak Agatha yang sontak membuat Bian terkejut.

Bian yang merasa mual karena kemarin dirinya mabuk dengan cepat langsung berlari menuju kamar mandi. Agatha dibuat terheran-heran melihat tingkah Bian.

"LIMA BELAS MENIT GUE SELESAI SIAP-SIAP." Teriak Bian dari arah kamar mandi. Setelah mendengar hal tersebut Agatha kemudian kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

°°°°

Bian dan Agatha diantarkan ke sekolah karena akan pergi 3 hari. Setelah mereka sampai di sekolah, mereka langsung berlari mencari bus kelas mereka karena takut tertinggal. Kini akhirnya mereka sudah menemukan bus kelas mereka lalu mereka langsung menghampiri bus tersebut.

"Ck! Ck! Ck! Kalian ini ngaret sampai 15 menit loh! Sangat tidak disiplin." Ucap sang wali kelas.

"Hehe, maaf Bu." Ucap Agatha tak enak.

"Cepet masuk! Kita udah mau berangkat." Titah sang guru yang langsung diikuti oleh Bian juga Agatha.

Mereka berdua langsung menaiki bus dan mencari tempat duduk. Agatha yang melihat Mala duduk dengan Vino langsung menghampiri kursi sahabatnya itu. "La, gue duduk sama elo ya." Pinta Agatha.

"Boleh!" Jawab Mala excited.

"Eh! Anu, ga boleh pindah-pindah duduknya. Soalnya pengurus OSIS yang udah nyiapin tempat duduk kita masing-masing." Ucap Vino.

"Gitu ya? Perasaan gue asal milih tempat duduk tuh tadi?" Heran Mala.

"Tempat duduknya emang boleh milih, tapi orang yg diajak duduk udah ditentuin." Jawab Vino.

Bian yang mengetahui bahwa hal tersebut adalah kebohongan hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah temannya tersebut. Bian kemudian menarik tangan Agatha menuju kursi kosong yang tersedia di belakang. Dengan terpaksa Agatha harus mengikuti Bian walupun dirinya masih merasa begitu canggung dengan Bian.

"Baik anak-anak, kita akan berangkat sekarang karena peserta sudah lengkap semuanya. Ibu harap tidak ada barang yang tertinggal." Ucap sang wali kelas.

"Ga ada, Buu!" Jawab semua siswa.

"Baik kalau begitu, kita akan berangkat sekarang bersamaan dengan bus lainnya."

Tak lama kini sang supir bus pun melajukan bus menuju tempat tujuan. Agatha hanya menatap ke arah jendela tanpa mau menatap wajah Bian. Agatha juga langsung memakai earphone-nya untuk mendengarkan musik.

Bian yang sedari tadi memperhatikan Agatha merasa ada yang salah. Mengapa Agatha tak mau menatapnya? Mengapa sepertinya Agatha merasa sangat canggung dengan dirinya? Apakah Agatha marah dengan dirinya?

Banyak pertanyaan yang bermunculan di benak Bian. Namun karena gengsinya yang tinggi, Bian berusaha untuk tak memperdulikan hal tersebut. Bian juga tengah merasa kesal dengan Agatha karena kejadian kemarin. Kejadian dimana ketika Bian salah paham ketika melihat Agatha berpelukan dengan Dion.

°°°°

Kini semua rombongan telah sampai di tempat tujuan. rombongan mereka sampai tidak terlalu sore karena perjalanan mereka yang dari pagi. Semua siswa langsung berbondong-bondong menuruni bus mereka. Begitupun dengan Agatha, setelah menuruni bus dengan Bian, Agatha langsung mencari keberadaan Mala dengan cepat.

Semua siswa kini dikumpulkan di depan penginapan yang akan mereka jadikan tempat menginap. Semua guru juga kini ikut berkumpul di sana.

"Baik anak-anak! Tolong perhatiannya! Satu kamar bisa kalian tempatin untuk dua siswa. Silahkan pilih teman sekamar kalian masing-masing dan langsung pergi ke meja pengurus OSIS untuk mencari nomor kamar." Jelas sang kepala sekolah.

Semua siswa langsung mengerti dengan penjelasan sang kepala sekolah. Setelah diberi arahan, mereka semua langsung berbondong-bondong mengantri untuk mengambil nomor kamar masing-masing.

Kini giliran Agatha dan Mala, mereka mendapatkan kamar nomor 17 lalu mereka langsung membawa barang bawaan mereka ke kamar tersebut.

"Ahh! Akhirnya dapet istirahat setelah perjalanan panjang." Ucap Agatha yang langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Untung lah kita tidurnya di penginapan, gue pikir kita bakal tidur make tenda." Ucap Mala.

"Apa jadwal kita abis ini?" Tanya Agatha.

"Bentar gue cek dulu." Mala langsung melihat jadwal di ponselnya.

"Okay, abis ini kita...." Mala mulai membaca jadwal camping mereka.

"....kita diriin tenda?! Kok jadwal diriin tendanya ga diubah? Padahal kan kita udah disewain penginapan?" Heran Mala.

"Hah?!"

°°°°

"Nih guru pada gabut apa gimana ya? Kita udah nyewa penginapan masih disuruh tidur di tenda." Kesal Vino yang mulai mendirikan tendanya untuk tidur.

Para guru memang menjadwalkan perkemahan untuk mereka. Namun, perkemahan hanya dilaksanakan satu malam saja dan besoknya mereka diperbolehkan untuk tidur di penginapan. Semua siswa memang terkejut ketika mereka tahu bahwa mereka disewakan penginapan karena jadwal awal mereka memang akan berkemah. Namun ternyata jadwal berkemah mereka tidak diubah.

"Lama banget lo masang satu tali doang." Kesal Bian karena melihat Vino hanya mengeluh sedari tadi.

"Udah selesai, gue mau bantuin Mala!" Ucap Vino lalu langsung beranjak menuju perkumpulan tenda pra siswi.

Vino berjongkok di sebelah Mala yang tengah sibuk menancapkan besi untuk memasang tali tendanya. "Perlu bantuan ga?" Tanya Vino.

"Eh kaget!" Pekik Mala terkejut.

Mala memberikan palu dan besi-besinya kepada Vino. "Nih, kalo lo gabut bantuin gue aja." Ucapnya lalu langsung pergi meninggalkan Vino.

Di sisi lain, Bian melihat Agatha yang tengah keberatan membawa barang bawaannya menuju tenda. Bian hendak menolong namun rasa gengsinya terlalu tinggi. Ia masih enggan untuk berbicara dengan Agatha.

Bruk!

Beberapa barang bawaan Agatha terjatuh karena keberatan. Dengan sigap Bian langsung berlari menghampiri Agatha dan melawan rasa gengsinya. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Bian langsung membantu Agatha membawa barang bawaannya.

Tbc...

Di vote jangan lupa (☞^o^) ☞

ABIAN  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang