BAB 25 : Mengikhlaskan

951 75 2
                                    

Assalamualaikum pembaca setia, Umma kembali update lagi nih ... karena Umma baru selesai PAS.

Kalian gimana PAS nya nih? Semoga hasilnya memuaskan ya.

Daripada malam minggunya sendirian, mending baca ceritanya Khadijah sama Gus Pahsya aja..

Tapi sebelum baca Umma mau kembali mengingatkan nih. Jangan lupa vote dan komennya ya.

JANGAN SIDERS, OKE!

HAPPY READING

SEDIKIT UNSUR 17+

🐰🐰🐰

"Hadirnya memang nyata, tetapi tidak dengan hatinya."
- Ahmad Zaid Maulana -

🐰🐰🐰

Khadijah benar-benar dibuat kelelahan dengan Gus Pahsya. Pasalnya laki-laki itu benar-benar melakukan hal yang baru pertama kali baginya. Sungguh Khadijah kewalahan dengan gairah suaminya itu. Sekalinya melakukan malah kebablasan.

Tulang-tulang Khadijah dibuat remuk oleh lelaki itu. Bahkan bagian sensitifnya terasa sakit sekali. Walaupun lelaki itu melakukannya dengan kelembutan, namun tetap saja, tenaga Khadijah lebih lemah dibanding tenaga Gus Pahsya.

Mereka melakukan itu dari malam hingga menjelang subuh. Bisa dihitung lamanya? Jika Khadijah menghitungnya bisa sampai sepuluh jam mereka melakukannya.

Khadijah tau, suaminya sudah lama menunggu hal ini. Hanya saja ia masih merasa bersalah atas kejadian kemarin. Walau Gus Pahsya sudah memaafkannya tapi tetap saja.

Gadis itu bangun dari tidurnya, sedikit mendesis ngilu saat bagian bawahnya terasa sangat sakit. Gadis itu menolehkan kepalanya menatap wajah damai Gus Pahsya yang tertidur. Tangan kanannya bergerak memainkan hidung mancung Gus Pahsya.

Merasa ada pergerakan dari Khadijah, Gus Pahsya akhirnya terbangun. Sedikit menoleh menatap Khadijah yang tengah asik dengan hidung mancung miliknya itu.

"Selamat pagi, Khadijahku." Gus Pahsya menangkup tangan kanan Khadijah dari hidungnya kemudian merubah posisinya menghadap Khadijah.

"Terima kasih, sayang," ujar Gus Pahsya menatap Khadijah sambil tersenyum. Wajahnya mendekat ke arah Khadijah mencium keningnya lama.

Khadijah terdiam beberapa detik kemudian mengangguk. "Sama-sama, suamiku."

"Kamu gak marah, 'kan?" Tanya Gus Pahsya sambil menatap mata teduh Khadijah.

Khadijah menggeleng. "Enggak, untuk apa Khadijah marah? Mas Pahsya berhak atas itu. Khadijah ini istri Mas dan Mas suami Dijah, sudah seharusnya Khadijah nurut perintah suami Dijah. Harusnya Dijah yang minta maaf sama Mas atas kejadian kemarin." Gadis itu menatap Gus Pahsya yang juga tengah menatapnya. Tangan kanan Khadijah menarik lengan Gus Pahsya untuk ia genggam.

"Katanya Mas pengen banget punya Pahsya junior," tambah Khadijah.

"Mas seneng gak?" Tanya Khadijah lagi.

Gus Pahsya mengangguk. "Banget, sayang." Gus Pahsya berkata sembari mengusap perut Khadijah lembut.

"Cepat muncul jagoan Abi."

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang