BAB 41 : Kunci Kebahagiaan

942 36 0
                                    

Assalamualaikum, pembaca setia PUK, Umma kembali update lagi nih. Setelah kemarin menempuh PAS selama seminggu.

Jazakumulahu Khair, untuk yang sudah setia menunggu cerita Khadijah dan Gus Pahsya ya.

Bab ini sengaja Umma buat panjang, supaya feel dan kesan pesannya sampai ke pembaca.

OKE SELAMAT BAPER YAA

Happy Reading🤗

"Utamakanlah shalat karena Allah akan mengutamakan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Utamakanlah shalat karena Allah akan mengutamakan kamu. Utamakanlah shalat karena di sana kamu akan mendapatkan kenyamanan dan ketenangan. Utamakanlah shalat karena semua jawaban dari ikhtiar kita ada di sana. Karena shalat adalah inti amalan kita yang bisa merubah alur kehidupan dunia dan akhirat, juga kunci kebahagiaan."
- Pahsya Rabbani Al Fathir -

🐰🐰🐰


Seminggu kemudian

Hari ini tepat seminggu sudah kedua pasangan itu menjelajahi kota dengan sejuta sejarah dunia. Setelah menempuh perjalanan sekitar dua belas jam, kini mereka sudah landing di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Khadijah berjalan bergandengan menuju mobil mereka yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Fahmi, sekretaris Gus Pahsya.

"Kita langsung ke rumah Ummi, aja ya sayang." Khadijah mengangguk antusias, gadis itu tengah menghabiskan pudding buah. "Iya, Mas. Dijah juga gak sabar mau ketemu Ummi, Abi." Khadijah berhenti sejenak dari aktivitasnya.

"Oke sayang. Kita jalan sekarang ya." Gus Pahsya mulai menyalakan mesin mobilnya. "Mas mau cobain, gak?" Khadijah menyodorkan pudding buah kearah Gus Pahsya. "Maa syaa Allah, enak rasanya. Apalagi disuapin sama istri aku," ujar Gus Pahsya. "Dihabiskan ya sayang." Setelahnya mobil alphard putih itu berjalan meninggalkan bandara. Fahmi, lelaki itu langsung kembali ke kantor.

🐰🐰🐰

Sementara itu, Abi Abimana tengah bersantai di teras ditemani sinar matahari yang akan terbit sebentar lagi. Udara sejuk pagi ini membuat suasana menjadi lebih syahdu. "Sendirian aja, Bi. Lagi mikirin apa?"

Ummi Fatimah datang sambil membawakan nampan berisikan teh manis dan pisang goreng. Abi menoleh kearah Ummi Fatimah. "Ini Ummi bawain cemilan." Ummi Fatimah meletakkan nampan itu di meja kayu yang sudah beberapa tahun masih terlihat kokoh.

"Maa syaa Allah, terima kasih, Mi." Abi Abimana mengambil teh itu dan meminumnya. "Sama-sama, Bi."

"Oh iya, terkait acara peringatan hari guru di pesantren bagaimana Bi?" tanya Ummi Fatimah seraya menatap Abi Abimana yang tengah memakan cemilannya.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang