BAB 44 : Mencoba Melepaskan

1K 46 1
                                    

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.. PEMBACA SETIA PUK SEMOGA SELALU SEHAT YA🤗

UMMA MENGUCAPKAN SELAMAT TAHUN BARU UNTUK KALIAN. SEMOGA DI TAHUN 2024 SELALU ISTIQOMAH

AAMIIN🤲

HARUSNYA UMMA UP KEMARIN MALAM, CUMA KEADAAN LAGI RIWEUH, JADI BARU SEMPAT SEKARANG, GAPAPA YA😊

SEBELUM BACA, UMMA MAU MENGINGATKAN KEMBALI JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA YA❗❗

KARENA VOTE DAN KOMEN KALIAN SANGAT BERHARGA UNTUK UMMA🤗

OKE ITU AJA, TERIMA KASIH YANG UDAH VOTE DAN KOMEN. HUG🤗
JANGAN LUPA AMBIL PELAJARAN POSITIF DARI CERITA INI YA ❗

HAPPY READING SEMUANYA!!

"Ujian terberat saat diri memutuskan untuk berhijrah adalah dihadirkan seseorang yang dicintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ujian terberat saat diri memutuskan untuk berhijrah adalah dihadirkan seseorang yang dicintai. Tetapi mengikhlaskan cinta demi tuhan juga kebahagiaan dirinya bersama orang lain adalah sebaik-baiknya cinta.
Tidak perlu bersedih jika cintamu tak terbalas sekarang, tidak perlu bersedih jika cintamu saat ini gagal. Bisa jadi nanti di waktu yang tepat, akan hadir seseorang yang membawakan cinta untukmu menuju keindahan cinta yang sesungguhnya dengan keimanan bukan nafsu."
- Ahmad Zaid Maulana -

"Semesta memang baik, ia kembali mempertemukan dua insan yang berbeda perasaan, namun tidak untuk dipersatukan."
- Khadijah Umaizah Rahma -

🐰🐰🐰

Sambil menunggu senja tiba Maryam bersemayam seorang diri di rumah pohon. Gadis itu menatap danau yang menampakkan perahu kecil terapung di atasnya. Wajahnya terlihat murung, entah memikirkan apa.

"Aku mencintaimu, sedangkan kamu mencintai orang lain, cinta macam apa ini?" Batinnya.

Ya, tanpa semua orang tau. Maryam memiliki perasaan dengan Kakak kelasnya sewaktu SMA, yakni Zaid. Ya Ahmad Zaid Maulana. Gadis itu sudah mengagumi Zaid sebelum lelaki itu menyatakan cintanya pada Khadijah.

"Aku suka kamu, Dijah."

Ingatan itu kembali terekam jelas dikepalanya. Saat sepulang sekolah, Maryam menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Zaid mengucapkan kata itu dari lisannya. Bagaikan disambar petir, perasaannya sakit. Namun Maryam memilih menyembunyikannya.

"Aku minta maaf, udah gak mau jujur sama kamu, Jah. Kalo sebenernya aku mencintai Kak Zaid," monolognya.

"Kamu suka Kak Zaid?"

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang