BAB 20 : Tahlilan Dan Doa Bersama

1K 67 19
                                    

Assalamualaikum pembaca setia PUK. Khadijah dan Gus Pahsya kembali hadir nih menemani malam minggu kalian dirumah.

Sebelum membaca ada baiknya komen dan vote dulu ya hehe..

HAPPY READING

"Kesedihan datang menghampiri kita hanya untuk dilepaskan bukan disimpan di dalam hati. Setiap kesedihan yang datang, akan ada kebahagiaan baru sebagai penggantinya."
- Pahsya Rabbani Al Fathir -

🐰🐰🐰

Khadijah masih terisak di atas pusara kedua orangtuanya. Tangannya mengusap papan nisan putih itu pelan.
"Ummi sama Abi yang tenang ya disana. Insya Allah, Dijah udah ikhlas," ujar gadis itu lirih. Pundaknya bergetar pelan. Matanya sembab karena menangis.

Gus Pahsya yang melihat itu tak kuasa menahan tangisnya, ia harus kuat untuk Khadijah. Tangan kanannya mengusap bahu istrinya lembut kemudian memeluknya erat.

"Sayang, Mas ngerti perasaan kamu, ngertiii bangett. Tapi, kamu harus tau, kesedihan datang menghampiri kita hanya untuk dilepaskan bukan disimpan di dalam hati. Setiap kesedihan yang datang, akan ada kebahagiaan baru sebagai penggantinya." Gus Pahsya berkata pelan sembari menghapus air mata istrinya itu.

"Sekarang, kita pulang ya? Gus Pahsya membantu Khadijah berdiri kemudian menuntunnya. Disusul oleh Abi Abimana dan Ummi Fatimah serta kedua sahabatnya.

🐰🐰🐰

Sesampainya di rumah, Khadijah duduk di sofa ruang tengah ditemani Gus Pahsya juga Ummi Fatimah. Melihat keadaan menantunya itu Ummi Fatimah merasa tak tega.

"Menantu kesayangan Ummi pasti mampu melewati semua ini. Ummi Ais dan Abi Rahman sudah tenang, sayang." Ummi Fatimah berucap pelan seraya memeluk Khadijah.

"Sekarang Dijah udah gak punya siapa-siapa lagi," lirihnya.

"Siapa bilang?"

"Kamu gak sendiri, sayang. Disini ada Ummi, Pahsya, Abi, juga sahabat-sahabat yang akan nemenin kamu," ujar Ummi Fatimah.

"Kita semua ada untuk kamu. Kita akan lewatin ujian ini bareng-bareng. Jadi, jangan berpikiran seperti itu lagi, ya," ucap Ummi Fatimah lagi. Netra matanya menatap Gus Pahsya di sampingnya.

"Kamu harus selalu ada di samping Dijah ya, Nak. Kuatkan dia," ujar Ummi Fatimah kepada putranya itu. Gus Pahsya yang mendengar itu mengangguk. "Pasti, Mi."

🐰🐰🐰

Khadijah belum memejamkan matanya kembali sejak satu jam lalu. Sekarang sudah pukul 22.00 malam. Saat-saat inilah ia kembali teringat kejadian yang menimpa kedua orangtuanya itu.

"Ummi, Abi..." Lirihnya pelan.

Gus Pahsya yang tertidur di samping Khadijah pun terbangun karena mendengar suara tangis Khadijah. Ia pun menoleh kearah istrinya. Dan benar saja istrinya itu tengah terisak di tengah kesunyian malam.

"Khumairah," ujar Gus Pahsya pelan. Tangan kanannya meraih pundak Khadijah untuk ia dekap. Khadijah kembali menangis di dekapan Gus Pahsya. "Abi sama Ummi, Mas," lirihnya.

"Husttt, iya sayang. Sekarang tidur, ya. Gak baik malem-malem gini belum tidur," ujar Gus Pahsya sambil menghapus airmata yang mengalir di kedua pipi Khadijah. Khadijah hanya mengangguk pelan.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang