BAB 43 : Amanah Terindah

1.1K 55 8
                                    

ASSALAMUALAIKUM PEMBACA SETIA
PUK KEMBALI UPDATE NIH..
JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMEN DULU YAKK🤗

TERIMA KASIH UMMA UCAPKAN SAMA KALIAN YANG TETAP SETIA MENUNGGU CERITA INI. TERIMA KASIH JUGA UMMA UCAPKAN BAGI YANG SUDAH BERSEDIA VOTE DAN KOMEN.

INGAT JANGAN JADI PEMBACA PASIF!! KARENA VOTE DAN KOMEN DARI KALIAN BISA MEMBANGKITKAN SEMANGAT UMMA🤗

OKE GUYS ITU AJA PESAN UMMA

HAPPY READING YAA

JANGAN LUPA KOMEN SI SETIAP PARAGRAFNYA YA

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jika kita tak bersama, setidaknya tahajjudku pernah memintamu."
- Ahmad Zaid Maulana -

🐰🐰🐰

"Apakah Anda suami pasien?" Tanya Dokter tersebut ketika keluar dari ruang rawat Khadijah.

"Iya Dok, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Gus Pahsya panik. Lelaki itu berdiri dari duduknya.

"Tenang ya Pak, istri Anda hanya kelelahan. Tapi--"

Wajah Dokter itu terlihat bingung sekaligus cemas harus menjelaskan bagaimana membuat Gus Pahsya semakin panik. Gus Pahsya tak henti mengucapkan kalimat Allah di relung hatinya. Berharap tidak ada masalah serius menghampiri istrinya.

"Tapi kenapa Dok? Istri saya kenapa?" Gus Pahsya semakin panik.

"Berdasarkan gejala yang dialami, dan juga hasil tes, istri Bapak dinyatakan positif hamil," Dokter menjelaskan.

Gus Pahsya terdiam sejenak mencerna ucapan Dokter.

"H-hamil? Istri saya hamil Dok?" tanya Gus Pahsya memastikan. Berharap semua ini bukan mimpi belaka.

Sang Dokter mengangguk. "Selamat ya, Pak." Hal itu membuat Gus Pahsya bersujud, senyum haru terbit di bibir lelaki itu.

"Alhamdulillah ...Ya Allah."

"Rabbi innii nadzartu laka maa fii bathnii muharraran fataqabbal minnii innaka antas samii'ul'aliim. Allahummaj'al maa fii bathnii haadzaa dzurriyyatan musliman wa mu'minan wa shaalihan wa shaabiran wa nasya'a fii thaa'atika waj'alhuliwaalidaihi ajran hasanan."

Keluarga Gus Pahsya turut bahagia mendengarnya. Termasuk sahabat Khadijah. Ummi Fatimah memeluk sang putra seraya mengucapkan selamat. "Alhamdulillah, Nak. Kamu akan menjadi orang tua, selamat ya."

Gus Pahsya mengangguk. "Terima kasih, Ummi, Abi, dan semuanya." Setelah diperbolehkan masuk oleh Dokter, Gus Pahsya langsung menghampiri ranjang Khadijah, istrinya itu sudah terbangun dari pingsannya. Dielusnya kepala Khadijah pelan.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang