BAB 11 : Gara-gara Lip Balm

2.1K 137 91
                                    

Assalamualaikum hai pembaca setia PUK, Umma mau ucapin terima kasih kalian sudah membaca karya yang Umma tulis. Pesan Umma, ambil sisi positifnya ya...

SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA GUYS, TERIMA KASIH.

HAPPY READING

Pagi ini, Khadijah juga Gus Pahsya berniat untuk mengunjungi panti asuhan. Kedua Pasangan itu kini tengah bersiap-siap. Khadijah terlihat cantik dengan gamis coklat serta hijab yang senada. Gadis itu tengah mengoleskan lip balm di bibir ranumnya. Gus Pahsya yang melihat itu lantas menatap Khadijah. Matanya menatap benda yang ada di tangan istrinya itu.

"Maa syaa Allah ... istri siapa sih ini? Cantik banget," ujar Gus Pahsya pelan. Khadijah yang mendengar itu tersenyum simpul. "Itu apa, Jah?" tanya Gus Pahsya pelan sambil menatap benda berwarna merah yang dipegang istrinya.

Khadijah yang sedang mengoleskan lip balm itu berhenti sejenak. "Ini namanya lip balm, Gus," jawab Khadijah seraya melanjutkan aktifivitasnya. "Oh lip balm. Gimana rasanya?"

"Enak Gus, rasa strawberry."

"Aku boleh coba gak?"

Khadijah yang mendengar itu pun langsung memberikan lip balmnya kepada Gus Pahsya. "Boleh, nih," ucap Khadijah seraya menyodorkan lip balmnya.

"Gak jadi deh, kamunya gak peka." Gus Pahsya berkata sambil menatap istrinya. Khadijah yang ditatap seperti itu bingung tak mengerti. "Gak peka gimana?"

Gus Pahsya mendekat ke arah Khadijah. "Aku maunya langsung dari sini," ujar Gus Pahsya seraya menempelkan jari telunjuknya pada bibir ranum istrinya.

Blush.... pipi Khadijah memerah mendengar perkataan suaminya. Ia tampak memegangi perutnya yang seperti dipenuhi kupu-kupu berterbangan. "Perkataan Gus berhasil--" Khadijah menjeda ucapannya.

"Berhasil apa?"

"Berhasil bikin Khadijah salting."

🐰🐰🐰

Khadijah dan Gus Pahsya kini sudah berada di halaman PANTI ASUHAN MUTIARA BUNDA. Gus Pahsya tampak asik memperhatikan anak-anak yang tengah bermain itu. Matanya menatap sendu ke arah mereka. Khadijah yang berada di sampingnya lantas menoleh menghadap suaminya. "Gus mau banget ya, punya anak?" Gus Pahsya yang mendengar itu spontan menoleh ke arah Khadijah.

"Memiliki anak adalah impian bagi setiap pasangan. Anak itu, adalah amanah dari Allah yang dititipkan pada kita untuk kita jaga dan rawat sesuai dengan syariat agama--" Gus Pahsya menjeda kalimatnya.

"Namun, ada pasangan yang belum juga dikaruniai seorang anak. Mereka harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa di amanahkan oleh Allah. Ada juga, pasangan yang sudah dikaruniai seorang anak, sudah dipercayai oleh Allah untuk menjaga titipannya, namun malah disia-siakan. Mereka malah menitipkan atau bahkan membuang anak itu." Gus Pahsya melanjutkan.

Khadijah yang mendengar itu terharu. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Alasannya cukup sederhana, bisa saja karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anak mereka. Lantas, mereka melakukan hal tersebut. Mereka berpikir, setelah mereka menitipkan, kehidupan anak mereka akan jauh lebih baik. Walaupun kadang mereka juga butuh kasih sayang dan juga perhatian dari kedua orang tuanya." Gus Pahsya kembali berkata.

Sayangi kedua orang tua kita selagi masih ada ya
- Umma -

Khadijah sudah tak kuat mendengar penuturan suaminya itu. Tak terasa cairan bening keluar dari matanya. Gadis itu menangis.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang