BAB 38 : Istanbul, biz geliyoruz

757 47 1
                                    

Assalamualaikum pembaca setia. Maaf setelah sekian lama, Umma baru bisa up lagi. Dikarenakan kemarin, Umma baru aja mengikuti kegiatan Study Tour dari sekolah, dan Hpnya dikumpulkan. Umma harap kalian mengerti dan masih mau membaca cerita Umma ya. Sebagai gantinya, Umma akan douple up.

Umma berterima kasih pada kalian yang masih setia menunggu. Jangan lupa vote  dan komennya ya. Saran dan kritik dari kalian sangat berarti buat Umma.

Walaupun cuma "next." Hehe😁

Oke Happy Reading Dear❤

"Mendoakanmu adalah urusanku dengan Allah, menikahimu adalah tujuanku, namun kebahagiaanmulah prioritasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mendoakanmu adalah urusanku dengan Allah, menikahimu adalah tujuanku, namun kebahagiaanmulah prioritasku."
- Pahsya Rabbani Al Fathir -

🐰🐰🐰


Dua hari kemudian

Pasangan itu sudah bersiap untuk berangkat ke Soekarno Hatta Airport. Gus Pahsya tengah memasukkan koper mereka ke dalam bagasi mobil. Lelaki itu mengenakan jubah putih dilengkapi dengan sorban merah kesayangannya. Khadijah yang baru saja turun menghampiri suaminya. Gadis itu juga mengenakan gamis yang senada dengan jubah Gus Pahsya, lengkap dengan khimarnya.

"Sudah siap?" tanya Gus Pahsya menoleh menatap Khadijah. Dibalas anggukan kepala gadis itu.

Gus Pahsya membukakan pintu untuk istrinya kemudian lelaki itu berputar ke arah pintu kemudi. Setelahnya mobil alphart putih itu melaju dengan kecepatan sedang.

🐰🐰🐰

Tak banyak pembicaraan selama perjalanan, kedua pasangan itu sudah tiba di Soetta Airport. Setelah check in dan menunjukkan pasport juga mendapat gate keberangkatan, Gus Pahsya juga Khadijah menunggu beberapa saat. Pasangan itu duduk di kursi bandara tak jauh dari gate.

Khadijah mendadak terdiam, gadis itu kembali teringat peristiwa penculikan dirinya beberapa bulan lalu. Juga tragedi kedua orangtuanya. Melihat Khadijah yang tiba-tiba terdiam, Gus Pahsya menggenggam tangan Khadijah. Paham bahwa istrinya itu mempunyai trauma, Gus Pahsya kembali menenangkan gadisnya seolah semuanya akan baik-baik saja.

"Maafkan Mas ya. Gara-gara proyek Mas diluar negeri, kita harus berangkat seperti ini," ujarnya. Lelaki itu menempatkan kepala Khadijah di bahunya. Mengelusnya lembut.

"Gapapa, Mas, Dijah ngerti kok. Lagipula ini business trip pertama Mas, Dijah gak mau mengecewakan Mas. Kata Ummi, istri itu harus menuruti perintah suaminya," jawab Khadijah. Gus Pahsya tersenyum, sedikit menolehkan kepalanya menatap Khadijah yang masih bersandar di bahunya. "Maa syaa Allah ... makin sayang deh."

🐰🐰🐰

Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam akhirnya Gus Pahsya dan Khadijah tiba di Arrival at Istanbul Airport, Gus Pahsya dan Khadijah langsung membooking hotel terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan. Suasana yang ramai ditemani sinar matahari yang menyinari orang-orang berlalu lalang. "Kita booking hotel dulu ya, nanti Mas ajak kamu jalan-jalan." Gus Pahsya berbicara pada Khadijah. Gadis itu sangat excited mendengarnya.
"Mas serius?" tanyanya untuk memastikan. Melihat raut istrinya yang gembira, Gus Pahsya mengangguk. "Tapi, kita kunjungi lokasi pembangunan hotel dulu," ujarnya. Disambut anggukan kepala dari Khadijah.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang