BAB 12 : Sosok Misterius

1.7K 122 74
                                    


"Laki-laki yang baik itu adalah laki laki yang mampu membimbing wanitanya menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan mengajaknya ke dalam hal kesesatan."
- Pahsya Rabbani Al Fathir -

🐰🐰🐰

Perempuan itu sudah sampai di halaman pondok pesantren. Setelah membayar angkot, ia pun melangkahkan kakinya ke dalam pesantren.

"Khadijah ... aku akan mengunjungi rumahmu lagi," gumamnya pelan. "Liat aja nanti."

Sementara dikediaman Khadijah, gadis itu tengah menunggu sang suami pulang bekerja. Ia duduk di ruang tamu sambil membaca al qur'an. Sesekali melihat ke jendela.

Tak lama, terdengar suara mobil Gus Pahsya memasuki halaman rumah.

"Assalamualaikum, Khumaira," salam Gus Pahsya seraya mengetuk pintu rumah. Khadijah yang mendengar itu langsung berdiri untuk membukakan pintu.

"Waalaikumussalam, Mas." Khadijah berkata pelan seraya membukakan pintu. Gus Pahsya yang melihat wanita di hadapannya itu tersenyum manis.

Assalamualaikum Khadijahku sayang," ulang Gus Pahsya menatap Khadijah. Khadijah yang ditatap seperti itu meraih telapak tangan Gus Pahsya kemudian menciumnya.

Gus Pahsya yang melihat perlakuan Khadijah tersenyum kecil. Kemudian mengecup kening Khadijah cukup lama.

🐰🐰🐰

Gus Pahsya sudah siap dengan baju koko putih juga sarung hitamnya. Sebentar lagi, azan magrib berkumandang. Gus Pahsya berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri sang istri yang berada di ruang tengah.

Semenjak menikah, Gus Pahsya memang jarang sekali shalat di masjid. Ia jadi lebih sering shalat di rumah. Menurutnya, seorang laki-laki yang sudah menikah, wajib shalat berjamaah bersama istrinya. Tapi sesekali, ia dan Khadijah tetap melaksanakan shalat di masjid.

Khadijah yang tengah duduk manis di sofa itu terpana melihat Gus Pahsya yang berada di depannya. Gadis itu terdiam cukup lama. Hingga suara Gus Pahsya berhasil menyadarkannya. "Khadijah, sayang," ucap Gus Pahsya. "Kamu kenapa? Kok bengong?"

"Hey, sayang," ujar Gus Pahsya seraya mengibaskan telapak tangannya. Tak lama, gadis itu tersadar dari lamunannya. "Maa syaa Allah..."

"Mas Pahsya ganteng banget sih."

"Aku emang ganteng sayang, kamu baru sadar ya," ujar Gus Pahsya dengan pd nya.

"Iya deh iya, Udah yuk shalat magrib. Udah azan tuh."

Kedua pasangan itu kemudian melangkahkan kakinya untuk ke mushala dan membentangkan sejadahnya.

Tak lama, Khadijah dan Gus Pahsya selesai melaksanakan shalat magrib. Kini keduanya duduk di atas sejadahnya masing-maaing sambil mengadahkan tangan seraya berdoa.

"Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim..." Gus Pahsya mulai memanjatkan doa. "Yang maha pengasih lagi maha penyayang."

"Hamba mohon ya Allah..."
"Ampunilah dosa-dosa yang telah hamba perbuat ya Allah."
"Ampunilah dosa istri hamba, ya Allah."
"Jaga dan berkahilah rumah tangga kami. Jadikanlah iman dan taqwa sebagai pegangan kami ya Allah..."

"Jadikanlah kami, keluarga yang sakinnah mawaddah dan warahmah."

"Aamiin..." Gus Pahsya mengakhiri doanya dan mengaminkan bersama. Gus Pahsya merubah posisi duduknya menghadap Khadijah. Gadis itu kemudian meraih telapak tangan Gus Pahsya dan menciumnya.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang