BAB 42 : Khawatir

1K 54 1
                                    

Assalamualaikum pembaca setia, Umma kembali update lagi nih. Siapa yang udah nunggu bab selanjutnya?

Cung✋

Jam segini masih ada yang baca gak ya?

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya ya, gratis kok...

Terima kasih yang sudah vote dan komen.

Oke, Happy Reading

La syafiya illa anta syifa’an la yughadiru saqaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


La syafiya illa anta syifa’an la yughadiru saqaman.

"Ya Allah, hilangkanlah penyakit dan berikanlah dia kesembuhan, Engkaulah Dzat Yang Maha Menyembuhkan."
- Pahsya Rabbani Al Fathir-

🐰🐰🐰

Gus Pahsya sudah rapi dengan jubah gamis serta sorban yang bertengger di kepalanya. Lelaki itu duduk di ruang tengah menunggu Khadijah juga kedua orangtuanya yang tengah bersiap. Sesekali memainkan handphonenya. Tak lama, terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga, Gus Pahsya menatap Khadijah yang terlihat cantik dengan balutan gamis hitam serta khimar sage yang menempel di tubuhnya.

"Maa syaa Allah bidadarinya Mas," pujinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maa syaa Allah bidadarinya Mas," pujinya. "Sini duduk dulu." Gus Pahsya menepuk sofa di sebelahnya. Khadijah ikut duduk di samping suaminya. "Cantik, sayang."

Khadijah tersipu. "Tapi Dijah belum pakai minyak wangi, Mas," ucapnya seraya menatap Gus Pahsya.

Gus Pahsya diam. "Sayang mau pakai parfume?" tanya Gus Pahsya memastikan.

Khadijah mengangguk. "Boleh ya," rayu Khadijah.

"Oh jangan..."

"Dijah bau banget, Mas."

"Haram sayang, ngeri dosanya. Seperti dosa zina."

Gus Pahsya malah menyodorkan deodorantnya pada Khadijah.

"Tapi Dijah udah pakai deodorant."

"Oh, yaudah. Pakai itu aja cukup."

"Tapi Dijah--"

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang