BAB 27 : Teror

887 65 2
                                    

ASSALAMUALAIKUM HAI GUYS WELCOME BACK TO MY STORY
PUK UPDATE LAGI NIH MENEMANI MALAM MINGGU KALIAN...

MALAM MINGGU KALIAN NGAPAIN NIH?
JALAN-JALAN ATAU DIRUMAH AJA?
ABSEN DULU YUK HEHE...

SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SARANNYA YA. JANGAN JADI PEMBACA YANG PASIF OKE!

VOTE, SARAN, DAN KOMEN KALIAN SANGAT BERARTI BUAT UMMA

OKE HAPPY READING SAYANGKU😎

"Jika Allah menghendaki dua hati untuk bersatu, dia akan menggerakkan keduanya, bukan hanya satu."
- Khadijah Umaizah Rahma -

🐰🐰🐰

"Boleh ya?" Gus Pahsya melirik Khadijah di sampingnya.

"Boleh apa?"

"Punya lima anak." Gus Pahsya tertawa menatap Khadijah yang tersenyum malu. "Kalo senyum berarti tandanya iya," ujar Gus Pahsya lagi.

"Yes, Alhamdulillah," Gus Pahsya memegang punggung tangan Khadijah, mengusapnya pelan.

Saat mereka tengah asik berduaan, seorang wanita bergamis coklat dengan hijab panjangnya menghampiri Gus Pahsya.

"Assalamualaikum, Gus," salamnya. Netra matanya menatap Khadijah sinis. Gus Pahsya yang melihat kedatangan perempuan itu tak menjawab. Gadis itu langsung duduk di samping Gus Pahsya tak peduli dengan Khadijah.

"Gus udah lama gak ke pesantren," ucap perempuan itu mencari simpati Gus Pahsya. Lagi-lagi Gus Pahsya hanya diam tak menjawab. Khadijah yang melihat itu menatap Gus Pahsya, mengisyaratkan untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

"Saya sibuk," jawab Gus Pahsya singkat seraya menggenggam tangan Khadijah. Perempuan tersebut tak henti menggoda Gus Pahsya. "Saya boleh ke kantor Gus, kan?" tanyanya lagi sembari tersenyum.

Mendengar itu Gus Pahsya menaikkan satu alisnya, "Mau ngapain?" tanya Gus Pahsya tanpa menoleh menatap gadis di sebelahnya.

"Saya mau berkunjung aja sambil bawain Gus makan siang," jawabnya sambil melirik Khadijah.

Khadijah yang mendengar itu spontan menatap perempuan itu "Tahan Khadijah," gumamnya sambil mengelus dada.

Gus Pahsya tersenyum. "Kamu gak perlu repot berkunjung ke kantor saya, dan membawakan makan siang buat saya." Gus Pahsya berucap pelan. "Lagipula saya hanya ingin istri saya yang membawakan makan siang untuk saya. Bukan orang lain," ujarnya lagi.

Khadijah yang mendengar itu tersenyum. "Kita pulang, yuk sayang," ajak Gus Pahsya.

"Kita berdua pamit, Mbak. Assalamualaikum."

Setelah mengatakan itu, Gus Pahsya menarik tangan kanan Khadijah untuk pergi dari sana.

Perempuan itu menatap Khadijah kesal. Tangannya mengepal kuat hingga memerah. "Awas kamu Khadijah. Kalo aku gak bisa dapetin Gus Pahsya, kamu juga gak akan bisa, Khadijah," gumamya. "Liat aja nanti, aku akan membuat hidup kamu hancur."

🐰🐰🐰


"Kita berdua pamit dulu ya, Ustadzah." Gus Pahsya berpamitan.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang