BAB 21 : Trauma

1K 72 18
                                    

HAI PEMBACA SETIA, PUK KEMBALI HADIR NIH MENEMANI MALAM MINGGU KALIAN DI RUMAH.

UMMA MINTA MAAF SAMA KALIAN ATAS KETERLAMBATAN UPDATE DIKARENAKAN KEMARIN UMMA LAGI PTS

SEBAGAI GANTINYA DI PART INI UMMA BUAT CUKUP PANJANG

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SARANNYA YA

SEMOGA MENGHIBUR

HAPPY READING

🐰🐰🐰

"Wanita cantik akan kalah dengan wanita yang selalu menjaga kehormatan dirinya. Karena sesungguhnya kecantikan sejati seorang wanita tercermin dalam jiwanya, dalam rasa malunya, dan dalam agama dan keimanannya."
- Pahsya Rabbani Al Fathir -

🐰🐰🐰

Seminggu kemudian

Khadijah duduk di atas ranjang seorang diri. Tak bisa dipungkiri, rasa sedih masih menyerta di kalbunya. Tatapan kosong menatap potret di dinding. Dimana, potret itu menunjukkan ia bersama Abi dan Umminya.

Gadis kecil yang tengah tertawa riang terlihat disana. Ditemani sang Abi yang masih memakai seragam kerjanya juga Ummi dengan gamis kesayangannya.

"Dijah gak tau Mi, Bi. Apa Dijah bisa menjalani hidup tanpa Abi dan Ummi di samping Dijah."

Pintu diketuk, suara Gus Pahsya terdengar di telinga Khadijah. Namun tak digubris olehnya. "Khumaira, sayang. Mas izin masuk, ya?" tanya Gus Pahsya sambil membawakan nampan berisikan nasi goreng untuknya. Merasa tak kunjung dapat jawaban Gus Pahsya membuka pintu kamarnya.

"Hey, kesayangannya Mas udah bangun, hm. Gimana tidurnya? Nyenyak? tanya Gus Pahsya seraya duduk di samping istrinya. "Mas bawain kamu nasi goreng," ujar Gus Pahsya menunjukkan nasi goreng buatannya itu.

"Maaf ya, Mas. Gara-gara semalem Dijah mimpi jadi Dijah kesiangan deh," ujarnya merasa bersalah. Gus Pahsya yang mendengar itu tersenyum. "Gapapa sayang, Mas paham kok."

"Harusnya Mas gak usah suruh Khadijah tidur lagi." Khadijah berkata pelan. "Jadinya Dijah gak buatin Mas sarapan deh. Malah Mas yang buatin," ucapnya lagi merasa tak enak.

"Harusnya ini tugas Dijah, Mas."

Gus Pahsya yang mendengar itu tersenyum tipis. "Kata siapa?"

"Kata Dijah barusan."

"Khadijahku, dengerin Mas ya. Tugas seorang istri itu menaati perintah suaminya. Jika soal melayani seperti membuatkan sarapan, dan bersih-bersih rumah, itu tugas Mas juga. Jadi, kamu gak usah khawatir--" Gus Pahsya menjeda ucapannya.

"Lagipula, Mas gak merasa terbebani kok. Sebagai seorang suami, sudah seharusnya memahami dan membahagiakan istri." Gus Pahsya melanjutkan.

"Maa syaa Allah."

🐰🐰🐰

Seorang gadis dengan gamis coklat lengkap dengan hijabnya itu duduk termenung di ranjang kamarnya. Matanya menjelajahi setiap sudut kamar itu. Karena ia akan melanjutkan kuliah di Jakarta. Berat sekali rasanya harus meninggalkan keluarga, terlebih lagi, Abi dan Umminya.

"Besok, aku berangkat ke Jakarta, pasti kangen banget suasana kamar ini,"

"Dijah gimana kabarnya ya? Harusnya kemarin aku mau kasih tau Dijah kalo aku sama Ameera diterima kuliah di Jakarta," Maryam menatap fotonya bersama dengan Khadijah dan Ameera. "Semoga kamu selalu baik-baik ya, Jah. Insya Allah, aku sama Ameera nyusul kamu ke Jakarta," ujar gadis itu pelan.

PERMATA UNTUK KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang