Chapter 31

270 35 1
                                    

Arielle mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Ia telah datang ke gedung SS Entertaiment sejak pukul delapan pagi. Berharap bisa bertemu kembali dengan Erlangga. Namun yang dilihatnya malah bentuk lelaki tersebut dalam bentuk virtual di layar televisi pada ruangan tunggu Sesil.

"Setelah sukses membintangi film bersama, Nirsita dan Erlangga kembali dipertemukan dalam iklan sepatu. Kemistri yang kuat sepertinya menjadi alasan keduanya terpilih menjadi model dalam iklan tersebut."

Penuturan salah satu stasiun televisi membuat Arielle menyipitkan matanya. Terutama ketika sosok Nirsita juga mulai tampil.

"Bukankah mereka tampak serasi?"

Celetukan seseorang membuat Arielle menolehkan kepalanya. Mendapati Sesil telah masuk ruangan, lalu duduk di hadapannya.

"Bukankah hanya trik marketing? Aku sudah lama mengenal Erlangga ... dan juga bagaimana tipe wanita idamannya," ujar Arielle percaya diri.

Sesil hanya tersenyum tipis. "Kau datang untuk membicarakan proyek yang memungkinkan?" Masih lekat dalam ingatannya, bahwa wanita di hadapannya ini meneleponnya hampir setengah jam dua belas malam untuk pertemuan saat ini.

"Bagaimana dengan Erlangga? Dia memiliki proyek khusus?" tanya Arielle antusias.

Sesil mengambil napas diam-diam. Sebuah pikiran berkecamuk membuat kepalanya sudah pening. Ia tidak memungkiri paras Arielle yang bisa mengisi kekosongan karakter dalam daftar aktris yang dimiliki SS Entertaiment. Namun entah mengapa ia melihat tujuan lain dari wanita itu dan sesuatu hal lainnya.

"Erlangga baru saja selesai dengan sebuah film. Kurasa dia mungkin akan mengambil waktu istirahat sambil melihat proyek yang bisa dipilihnya," jawab lugas Sesil.

Alis Arielle terangkat. "Sejujurnya aku ingin berada satu proyek dengannya. Kami pernah bekerja sama di runway saat di USA. Kurasa berada dalam satu layar akan menjadi pengalaman baru."

Senyum miring ditunjukkan Sesil. Ia mencodongkan tubuhnya ke depan. "Erlangga telah masuk daftar aktor kelas SS. Tidak semua bisa langsung berada satu proyek dengannya, apalagi jika mengejar pemeran utama." Ia menarik napas pelan, lalu berkata, "Sejujurnya Arielle, aku belum melihat bagaimana aktingmu sesungguhnya. Jadi bagaimana jika kita mulai dari pemeran pendukung?"

Mata Arielle melebar. Ia membenarkan perkataan Sesil dalam hati, namun ucapan wanita itu juga sekaligus menegaskan antara posisinya dengan Erlangga yang sulit disandingkan.

"Baiklah. Aku akan belajar dan menjadi lebih berpengalaman. Suatu hari kami pasti bisa berada dalam satu proyek, tanpa keraguan siapapun," balas Arielle berusaha berbesar hati.

Arielle meninggalkan ruangan Sesil setelah menyetujui salah satu proyek bintang iklan yang menurutnya sesuai dengan citranya. Namun ketika akan masuk elevator, ternyata ia bertemu dengan sosok yang kemarin makan siang bersamanya.

"Aku melihat penampilan Erlangga semalam," tanya Arielle mengambil posisi di sebelah Akira.

Akira melirik wanita itu sekilas. "Oh begitu."

"Erlangga memang menawan. Tidak peduli apa yang dikenakannya," puji Arielle terus menatap ke depan, seiring elevator yang terus bergerak ke bawah. Hanya terlihat siluet bayangan dirinya dengan Akira melalui pintu elevator.

Harusnya Akira merasa bahagia mendengar pujian untuk sang kekasih. Apalagi masalah penampilan pria itu, ia bisa ikut terlibat di dalamnya. Namun mendengarnya dari Arielle, rasanya ia kurang menyukainya.

"Apakah Erlangga dekat dengan seseorang?" tanya Arielle membalik tubuhnya ke samping. "Kau sering berada di sekitarnya. Pasti tahu bukan?"

Akira meneguk salivanya. "Apakah Mbak Arielle bertanya tentang kekasih Mas Erlangga?"

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang