Chapter 35

243 37 2
                                    

Seperti yang diperkirakan, SS Entertaiment menjadi sangat sibuk sejak berita tentang Erlangga dan kekasihnya termuat di berbagai media elektronik, cetak maupun media sosial. Sesil disibukkan oleh telepon yang masuk dan sebagian besar ingin mengkonfirmasi masalah tersebut. Tak terkecuali para pemilik saham SS Entertaiment yang takut akan imbas dari pemberitaan itu.

Media juga telah bersiaga di depan gedung SS Entertaiment, menantikan kehadiran sang aktor atau perwakilan agensi untuk menjawab segala pertanyaan yang telah bercabang. Semua pemandangan itu terpampang di depan mata Akira. Perempuan itu telah kembali bekerja. Bukan tidak menyadari apa yang sedang terjadi, tetapi tubuhnya seolah dikendalikan oleh pikirannya untuk berada di agensi.

"Bukankah ini akhir dari karier Erlangga?"

"Apa maksudmu? Aktor sepertinya terlibat skandal dengan wanita sudah biasa."

"Kau lupa? Erlangga itu anak konglomerat sekaligus ayahnya mantan pejabat negera. Sudah pasti dia akan mundur. Apalagi wanita itu rela meninggalkan suaminya demi kembali bersama Erlangga."

Obrolan para karyawan SS Entertaiment tak luput dari pendengaran Akira. Ingin rasanya ia membungkam mulut-mulut itu, namun yang lebih membuatnya merasa sesak adalah fakta bahwa Gege kembali terseret oleh skandal yang memiliki kebenaran tersembunyi.

"Eh lihat, alamat wanita itu sudah didapat oleh wartawan," ujar salah satu karyawan mengajak lainnya untuk menonton di layar monitor komputernya.

"Diduga Gege tinggal bersama suaminya di rumah ini. Tampak sepi, tetapi seorang saksi di gedung sebuah apartemen menuturkan melihat wanita yang kini santer diberitakan sebagai kekasih Erlangga, berada di apartemen tersebut. Sayangnya, kami tidak bisa masuk karena kebijakan keamanan."

Akira menarik napas sambil mengepalkan tangannya. Ia sudah tidak tahan semua ini. Perlahan ia bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu keluar.

"Akira, mau ke mana? Kau bisa sedikit santai, dengan kejadian ini. Mas Erlangga pasti mengambil waktu istirahat sementara."

Tak dihiraukan pertanyaan dari karyawan yang tadinya begitu bersemangat berceloteh tentang Erlangga, Akira memilih terus melangkah. Ia merasa karyawan itu seolah bersimpati, padahal bercerita hal negatif tentang karier Erlangga.

Ketika berjalan di koridor, Akira dapat melihat sejumlah petinggi SS Entertaiment yang mengarah ke atas. Ia yakin Sesil merencakan pertemuan untuk membahas tentang masalah Erlangga yang dapat berimbas pada aktivitas artis yang berada di bawah naungan agensi yang sama.

Akira menatap pintu utama, di mana media massa telah berkumpul di sana. Tidak sedikit karyawan SS Entertaiment memilih jalan lain untuk masuk ke dalam gedung. Apa lagi kalau bukan ronrongan media pers yang ingin mendapat secercah berita atau tanggapan terkait skandal Erlangga. Tentu saja karyawan SS Entertaiment memiliki kode etik tersendiri untuk tetap diam sampai agensi memberi pernyataan resmi.

Namun bukannya menghindar, Akira malah berjalan ke pintu utama gedung agensi. Tanpa berusaha menunduk, matanya memandang lurua kepada puluhan kamera yang siap menyambutnya. Ia menarik napas dalam, sadar bahwa sudah tidak ada jalan mundur.

"Mbak, apakah anda pernah bekerja bersama Erlangga?"

"Apakah Erlangga akan datang ke agensi?"

"Bagaimana tanggapan mbak?"

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar, begitupula kartu nama yang berseliweran yang sampai di tangan Akira.

"Maaf anda melewati batas. Silakan mundur ke tempat yang disediakan."

Namun petugas pengamanan agensi segera mengambil tindakan melihat Akira telah dihadang oleh media pers.

Perempuan itu hanya terdiam untuk sesaat, sebelum melangkah pergi dengan menggenggam sejumlah kartu nama.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang