Chapter 10

486 46 0
                                    

Hari pertama bekerja untuk mendampingi Erlangga secara langsung membuat Akira mencoba beradaptasi. Setelah melakukan kunjungan singkat ke SS Entertaiment untuk bertemu Sesil, maka Akira langsung mengikuti Erlangga menuju lokasi pemotretan majalah sang aktor.

Orang-orang yang bekerja dengan Erlangga tidak terlalu mengindahkan keberadaan Akira sebagai asisten sang aktor, karena menurut mereka wajar saja seorang artis memiliki asisten khusus penata busana tersendiri.

Sesil hanya berpesan kepada Akira agar berhati-hati, khususnya dengan penggemar Erlangga yang memiliki sifat cukup obsesif.

"Kau pasti tidak sempat melihat daftar naskah yang masuk untukmu," kata Antony mengingat Erlangga sibuk berkomunikasi dengan pimpinan redaksi majalah di mana wajah sang aktor akan terpampang.

"Ada naskah apa saja?" tanya Erlangga yang duduk di kursi tengah mobil van miliknya. Sedangkan Antony duduk di depan, sebelah sopir. Ada Akira yang duduk di bagian belakang.

"Kebanyakan film bertema romansa," jawab Antony menoleh dan mendapati raut wajah kecewa bercampur cemberut dari Erlangga.

"Bagaimana dengan romansa dewasa?"

Pertanyaan Erlangga menjadikan Akira terkesiap sesaat. Namun wanita itu sadar bahwa wajar bagi seorang aktor atau aktris ingin mencoba berbagai peran dalam film. Akira pun menyadari bahwa dirimya perlu lebih beradaptasi di dunia hiburan tersebut.

"Apa kau ingin langsung terkenal skandal setelah kembali berkarier di sini?" singgung Antony tidak menyetujui pilihan Erlangga.

"Tapi orang akan lebih tertarik, daripada film bergenre romantis biasa," balas Erlangga ingin comeback-nya ini mendapat impact yang besar.

"Ada salah satu naskah yang diangkat dari novel terkenal. Genre-nya drama dengan sad ending. Kurasa meninggalkan kesan terharu dengan film seperti itu juga bukan hal yang buruk," usul Antony membuat Erlangga berpikir sejenak.

"Akira, bagaimana menurutmu?"

Akira terkejut dimintai pendapat seperti itu dari Antony.

"Kenapa malah meminta pendapat Akira?" protes Erlangga belum memutuskan usulan Antony.

"Kita butuh Akira sebagai sudut pandang penonton," balas Antony membutuhkan testimoni.

Erlangga terdiam sebentar, lalu mulai berbalik memandang Akira. "Baiklah. Bagaimana menurutmu? Apakah aku sebaiknya membintangi film romantis yang membuat berdebar, atau drama yang meneteskan air mata?"

Akira meneguk salivanya. Apalagi Erlangga bertanya sambil menatapnya serius, seolah jawabannya berpengaruh untuk pria itu memutuskan nantinya.

"Sejujurnya aku menikmati dua film bergenre seperti itu. Hanya saja jika sekadar romantis, maka alur cerita sangat penting dan tidak terkesan klise, dan untuk film drama yang membuat sedih biasanya lebih meninggalkan kesan, tapi film itu harus benar-benar bisa membuat penonton larut akan kesedihannya."

Erlangga terdiam mendengar penjelasan Akira, tetapi Antony sudah bertepuk tangan.

"Akira, aku tidak tahu kalau kau tahu banyak tentang hal ini?"

Antony seolah puas akan penjelasan Akira yang memilih jawaban netral, daripada harus memilih salah satunya.

"Tidak kok Mas Antony. Itu juga karena aku tidak terlalu sering sebenarnya menonton film romantis atau drama."

"Lalu film apa kebanyakan kau nonton?" tanya Erlangga penasaran.

"Misteri atau fantasi. Itu pun kebanyakan film luar. Sisanya aku lebih suka menonton anime."

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang