Chapter 13

366 44 0
                                    

"Hah ... capeknya," keluh Akira setelah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Wanita itu baru saja pulang dari lokasi syuting yang selesai sore tadi. Namun kemacetan membuatnya baru sampai di apartemen sekitar pukul tujuh malam.

Masih hangat diingatan Akira tentang makan siangnya bersama Erlangga. Awalnya ia cukup risau bahwa mereka akan terlibat kecanggungan dan memikirkan pandangan orang-orang yang melihat. Untung saja restoran yang dipilih Erlangga juga didatangi oleh banyak artis dan kru produksi film lainnya.

Dengan sisa tenaganya, Akira bangkit untuk mandi dan berganti pakaian. Ia sudah tidak ada daya untuk memasak, sehingga memilih layanan pesan-antar untuk makan malamnya. Namun baru akan menggigit ayam goreng krispi yang dibelinya, tiba-tiba ada panggilan video masuk ke ponselnya.

"Ada apa?"

Tanpa basa-basi, Akira bertanya setelah mengangkat panggilan video yang masuk. Terpampanglah wajah seorang pria khas Asia Timur yang sepintas memiliki kemiripan dengan Akira, kecuali alis yang lebih lebat dan garis wajah yang lebih tegas. Siapa lagi kalau bukan Takashi.

"Kau memesan itu dari warabala cepat saji?"

Tampak pria itu tidak suka dengan makanan yang sedang Akira santap saat ini.

"Aku lelah habis pulang kerja."

"Harusnya telepon ayah saja. Seseorang kan bisa mengirimkan makanan untukmu."

Akira memutar bola matanya. "Okay, berhenti membahas makan malamku. Ada apa Kak Taka menghubungiku malam-malam?"

"Oh disitu sudah malam?" balas Takashi lalu tertawa pelan.

"Aku tidak punya waktu. Mau tidur, habis makan ini."

Akira memelas, mengetahui bagaimana Takashi sangat suka menggoda dan mengganggu ketentramannya.

"Aku akan pulang lusa."

"Apa?"

Takashi mengulum senyuman tipis, seolah dapat melihat wajah panik sang adik.

"Bukankah kau perlu menjelaskan pekerjaan barumu sebagai asisten seorang aktor, dan rela melepas manajemen restoran?"

Akira terdiam. Ia tahu Takashi akan pulang dan menuntut penjelasannya, tetapi tidak menduga akan secepat ini.

"Kalau begitu selamat menikmati makan malamnya. Istirahat setelah itu, selamat malam adikku tercinta."

Takashi memutus sambungan setelah puas melihat reaksi terkejut dari Akira. Senyuman hangat penuh maksud juga ditunjukkannya melalui panggilan video tersebut. Senyuman yang Akira malah bergidik melihatnya.

Selera makan Akira seolah menguap setelah mendengar rencana kedatangan Takashi. Ia masih mencoba beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya, tetapi pada sisi lain harus bisa menyakinkan kakak laki-lakinya itu juga.

♡♡♡

Keesokan harinya syuting kembali dilanjutkan. Kali ini lokasinya berada di sebuah anjungan yang berada di dekat sungai yang terbentang membela sudut kota.

Erlangga datang dengan penampilan yang telah dipersiapkan sebelumnya di apartemennya sendiri. Hari ini ia tidak memakai pakaian sponsor secara khusus, kecuali sebuah merek kacamata hitam yang tinggal pasang saja.

"Mbak Akira," sapa Sania mendatangi Akira yang baru bergabung di dekat lokasi syuting.

Akira mengulum senyuman tipis. "Halo."

"Bukankah hari ini Mas Erlangga sangat menawan hari ini?" puji Sania memandangi Erlangga yang sedang melakukan diskusi dengan sutradara untuk mengarahkan adegan yang akan diambil.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang