Epilog

650 54 5
                                        

Setahun berlalu sejak Erlangga pindah ke Selandia Baru. Banyak hal baru yang dilalui dan dipelajarinya. Namun tanpa terduga dirinya kini bertemu dengan seseorang dari masa lalunya. Tanpa sengaja di sebuah museum dan kini mereka duduk berhadapan.

"Aku hanya mendengar sepintas dari Sonya bahwa kau memutuskan pergi ke Selandia Baru. Ternyata benar."

Erlangga tersenyum menatap Gege. Mantan kekasihnya. "Ya, aku juga tidak menduga akan bertemu denganmu di sini. Semua baik-baik saja?"

Erlangga tidak perlu menyembunyikan fakta bahwa dirinya mengetahui kabar tentang perpisahan Gege dan suaminya.

Gege mengangguk pelan. "Seiring berjalannya waktu semua perlahan menjadi baik. Jika ditanyan trauma, mungkin iya. Tetapi bukan sebuah alasan untuk menjadi ketakutan. Meski pada awalnya aku juga rutij ke psikolog," jawabnya tenang.

"Aku tahu kau adalah wanita yang kuat," balas Erlangga turut bersimpati.

"Lalu kau sendiri gimana Erlang? Aku masih mengingat setahun yang lalu kau meneleponku dan meminta maaf atas yang terjadi," ujar Gege mencoba memutar balik ingatannya ketika tiba-tiba mendapat telepon dari Erlangga yang meminta maaf tentang pemberitaan yang menyangkut pautkan dirinya.

Erlangga terdiam. Seolah mencoba mencari jawaban dalam dirinya. Apakah ia baik-baik saja? Atau dirinya belum sembuh.

"Erlang, ingat ketika kau masih di Amerika Serikat dan kita membahas tentang kesempatan?"

Erlangga mendongak. Memandangi Gege yang serius menatapnya. "Tentu saja."

"Kau memenuhinya. Kembali ke Indonesia, tetapi malah aku yang melanggar janji kesempatan itu. Setelah aku memikirkan apa yang terjadi, mungkin itu karma bagiku. Meski tantangan kita memang adalah perbedaan yang sulit disatukan."

"Jangan bilang seperti itu Gege. Apapun yang terjadi, jangan menyalahkan dirimu. Memang mantan suamimu yang berengsek," balas Erlangga cepat.

"Erlangga, aku tahu kau masih sangat mencintai Akira dan yakin dia juga demikian. Kesempatan ... apakah kau sudah pernah memikirkannya?"

Erlangga meneguk salivanya. "Aku sudah pernah memakai kesempatan itu dan kali ini terulang."

"Lalu kau akan menyerah begitu saja? Kau telah memutus kariermu dan kurasa itu bukan pilihan yang mudah," kata Gege menatap serius Erlangga. "Jangan berkilah, karena aku tahu itu semua demi hidup bersama Akira."

"Kejar dia, bahkan jika ke ujung dunia sekalipun. Menangkan kembali hatinya dan yakinkan ... bahwa dia adalah duniamu. Bukan orang lain," lanjut Gege membuat Erlangga bergidik.

Seketika seluruh bayang-bayang Akira memenuhi pikiran Erlangga. Berusah payah ia coba hapus dalam hari-harinya selama ini.

"Kita pernah merajut kisah. Sejak bersama sampai berpisah, aku selalu mendoakan kebahagiaanmu. Bahkan sampai sekarang pun."

"Bagaimana jika bahagianya adalah kepergianku?" balas Erlangga pelan.

"Akira rela muncul dan mengungkapkan jati dirinya sebagai kekasihmu. Membersihkan namaku yang terseret dan memulihkan citramu yang seolah dicap sebagai mantan kekasih yang merebut istri orang," kata Gege jujur. "Perempuan yang berani melakukannya, pasti memiliki alasan dan itu semua karena dia mencintaimu."

"Jika hanya mengincar penampilan, harta atau posisimu sebagai aktor, maka dia akan pergi diam-diam. Meninggalkan masalah yang bisa saja diabaikannya. Tapi tidak, dia mengambil risiko dicecar media dan fansmu. Lalu memilih mundur, karena apa? Agar melindungimu dari pemberitaan."

Erlangga terdiam. Ia tahu pengorbanan Akira, tetapi mendengar dari sudut pandang Gege, semuanya terasa semakin menyesakkan.

"Aku tidak berhak mencampurinya lebih dalam. Namun kalian pantas bahagia bukan?"

Setelah mengatakannya, Gege meninggalkan Erlangga seorang diri.

Pria itu lalu mengambil ponselnya. Mencari kontak seseorang. My Love. Tanpa pikir panjang, ia mencoba menelepon nomor yang sudah satu tahun lebih tak pernah dihubunginya.

Tersambung. Debaran jantung Erlangga perpacu, tidak menduga bahwa nomor Akira masih aktif. Satu deringan. Dua deringan. Rasanya waktu berjalan begitu lambat.

"Hm?"

"Dunia kita berbeda? Tidak, selama kau masih berpijak di bumi, maka kita sama. Aku akan mencarimu, di manapun itu. Akan kupatahkan perbedaan itu, jadi jangan pamit, karena kita belum selesai. Aku masih mencintaimu."

"Kalau begitu cobalah temukan dia."

Dahi Erlangga berkerut mendengar suara laki-laki yang diduganya adalah Takashi.

"Erlangga Abimanyu, jangan mencobanya atau kau akan terluka."

Erlangga tersenyum tipis. "Maka aku lebih memilih terluka."

♡♡♡

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang