Chapter 26

326 50 0
                                    

Akira memandangi tiket di tangannya. Sejak kembali dari restoran, pikirannya berkelana tentang apa yang sedang dilakukan oleh Erlangga. Cukup mengejutkan baginya mendengar kalau Erlangga beristirahat pada aktivitas keartisannya lebih dari dua minggu.

Sekali lagi Akira meraih ponselnya, lalu mengetikkan nama Erlangga Abimanyu di kolom pencarian. Ia hanya menemukan artikel yang memuat tentang penayangan film perdana lelaki itu. Begitupula ketika mencarinya di media sosial. Tidak tampak aktivitas Erlangga seperti pemotretan atau menghadiri sebuah acara.

Sibuk menggulir layar ponselnya, secara mengejutkan muncul notifikasi pesan yang masuk pada ponsel Akira. Terlebih lagi nama Erlangga terpampang dengan jelas. Awalnya wanita itu ragu, hingga membuka aplikasi pesan daringnya.

Erlangga : Boleh aku meneleponmu sekarang?

Dada Akira berdegup kencang. Ia tidak menyangka akan mendapat kabar Erlangga saat dirinya juga penasaran setengah mati. Akhirnya ia memberanikan diri dan hatinya untuk mengizinkan Erlangga meneleponnya.

Akira : Iya boleh.

Tidak butuh waktu lama hingga panggilan Erlangga masuk ke ponsel Akira.

Akira menarik napas panjang, sebelum menjawabnya.

"Halo Mas?"

"Hai, apa kabar?"

Cukup satu pertanyaan yang membuat Akira terhenyak. Suara rendah pria itu seolah meruntuhkan pertahanan yang selama ini dibangunnya.

"Baik. Mas Erlangga sendiri?"

"Aku sehat, seperti harapanmu pada kado ulang tahun yang kau kirim."

Akira tersenyum getir mendengarnya. Ia pun mengingat akan lilin aroma terapi yang dikirimkannya.

"Tapi lebih daripada itu, aku merindukanmu."

Ucapan Erlangga membuat dada Akira seketika membuncah. Bahagia dan sesak menjadi satu.

"Ada apa Mas Erlangga tiba-tiba mengajak telepon?"

Akira pun mencoba fokus pada tujuan Erlangga menghubunginya. Tidak mungkin hanya sekadar ingin berucap rindu padanya.

"Apa kau tahu bahwa besok adalah hari terakhir kontrak kita?"

Kening Akira berkerut. Ia tidak menyangka Erlangga akan kembali membahas tentang kontrak tersebut.

"Tapikan aku sudah tidak menjadi asisten Mas Erlangga. Otomatis kontraknya juga berakhir."

"Tidak. Aku masih memiliki kewajiban untuk kupenuhi."

"Apa?"

"Aku akan mengganti action figure-mu yang rusak dulu, saat pertama kali kita bertemu. Jadi ... datanglah ke apartemenku."

Akira terdiam. Ia tidak memungkiri perasaan bergejolak saat Erlangga memintanya bertemu. Namun ia juga takut bahwa pertemuan itu malah membuat perasaannya kembali menjadi tidak karuan. Lebih dari siapapun, ia tahu bahwa dirinya masih mencintai pria tersebut.

"Atau kau mau aku yang datang ke rumahmu?"

Mata Akira terbelalak. Ia tidak bisa membiarkan Takashi dan Erlangga bertemu.

"Tidak. Biar aku yang datang," sergah Akira cepat dengan ponsel masih menempel di telinganya.

"Baiklah. Aku akan menunggumu."

Setelah sambungan terputus, perrlahan Akira bangkit dan mengambil salinan kontrak yang pernah disetujuinya bersama Erlangga. Ia pun terpaku bahwa kontrak enam bulan benar-benar akan berakhir besok.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang