Chapter 27

365 49 2
                                    

Nevan dan Sonya saling bertukar pandang. Pagi ini mereka dikejutkan dengan tamu tak terduga yang sebelumnya diketahui menutup diri selama beberapa minggu dengan alasan beristirahat.

"Om Erlang, makasih ya buat kotak es krimnya," celoteh Zizi yang sedang menikmati sarapan bersama orang tuanya dan juga saudaranya. Ia sudah tidak sabar membuka kotak es krim yang dibawa oleh pamannya itu.

"Iya Sayang. Makan yang banyak biar nanti Om ajak Zizi lihat mickey mouse di Singapura," balas Erlangga mengusap lembut kepala keponakannya itu.

Zizi tersenyum lebar, lalu melirik Zoro. "Kenapa lihat aku?"

Zoro mencebikkan bibirnya. "Bukannya kau dihukum Ibu untuk tidak keluar rumah selama seminggu?" Ia mengingatkan kembarannya itu atas kejadian tiga hari yajg lalu, di mana Zizi keluar dari pekarangan rumah untuk bermain. Anak perempuan itu baru ditemukan dua jam kemudian saat sedang bermain di rumah anak lainnya.

Mata Zizi seketika dipenuhi oleh air mata, lalu memandang ke arah sang ibu.

Sonya mengembuskan napas panjang. "Kalau keluar sama ibu, ayah, nenek, kakek atau Om Erlangga, tidak masalah."

"Yey!!!" teriak Zizi kegirangan.

"Sekarang Zizi lanjutkan makannya, kemudian bersiap ke rumah nenek sama kakek," ucap Sonya mengingatkan akan kegiatan anaknya itu, di mana Rieta akan mengajak Zizi untuk piknik bersama dengan ibu-ibu menteri periode yang sama dengan Herlambang.

"Lalu Zoro ada rencana apa?" tanya Erlangga melirik keponakan satunya yang selalu bersikap tenang. Meski terkadang juga murka.

"Dia akan ikut kami menonton premiere filmmu. Acaranya jam satu nanti kan? Kau tidak perlu bersiap-siap, malah datang ke sini?" tutur Sonya mengingat masa aktifnya dulu. Ia harus bangun pagi-pagi hanya untuk berdandan dan memastikan penampilannya terlihat sempurna di gala premiere filmnya.

Erlangga termenung sejenak. "Sebenarnya awalnya aku ragu untuk datang, tapi mengingat seseorang akan menungguku di sana, maka kuputuskan untuk hadir."

Sonya berdecak lidah. "Tentu saja kau harus datang! Kau kan pemeran utamanya." Ia terlihat gemas dengan tingkah adik iparnya itu.

Tawa Erlangga langsung pecah. "Kuharap kau dan Kak Nevan tidak akan tampil terlalu mencolok. Ini filmku, jangan malah terlihat menonjol."

Nevan hanya memandang datar sang adik. "Sebaiknya kau fokus pada penayangan filmmu."

Akhirnya Erlangga berpisah dengan keluarga kakak laki-lakinya dan langsung pulang menuju apartemennya, setelah Antony telah meneleponnya beberapa kali untuk mengingatkan akan outfit yang perlu dipakainya.

Setelah sampai di apartemennya, Erlangga tidak hanya menemukan Antony, tetapi juga Sesil hadir di sana dengan wajah setengah cemberut.

"Kenapa Mbak Sesil di sini?"

Sesil segera maju dan menepuk pelan pipi Erlangga. "Tentu saja aku datang, setelah Antony meneleponku bahwa kau akan hadir hari ini dan ingin tampil sempurna." Ia kemudian beralih dengan memegang dahi sang aktor. "Apa kau sakit?"

Erlangga menepis lembut tangan Sesil. "Aku baik-baik saja. Maaf jika dua bulan ini aku seperti menghindar."

Sesil mendengkus. "Aku kira kau tidak sadar. Tapi sudahlah, kuyakin kau punya alasan tersendiri. Begitupula dengan semangatmu hari ini bukan?"

Senyum seketika tersungging pada bibir Erlangga. "Aku mulai berkencan dengan seseorang. Kuharap Mbak Sesil akan membantuku," ungkapnya tanpa ragu.

Mata Antony melebar. Begitupula Sesil yang tak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya. Baru saja beberapa hari yang lalu keduanya khawatir akan sosok Erlangga, namun mereka bisa melihat semuanya sekejap berubah. Terlihat dari sorot mata Erlangga yang berbinar sambil terus tersenyum lebar.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang