Chapter 1

1.5K 111 17
                                    

"Zoro! Berhenti merusak kepang Zizi."

Erlangga menghela napas mendengar teriakan kakak iparnya, yaitu Sonya Ayudia Prameswari. Seorang aktris papan atas Indonesia yang kini telah disibukkan dengan perannya sebagai istri Nevan Gentala Mahesa—kakak laki-lakinya, sekaligus ibu dari kedua keponakan kembarnya, Zoro dan Zizi.

"Hikss, huaaa!"

Suara tangisan Zizi akhirnya pecah setelah Zoro menginjak gaunnya dan membuatnya terjungkal ke belakang. Untung saja ada kasur lipat yang membuat tubuh Zizi tidak terluka.

"Mas Nevan!" seru Sonya berusaha menenangkan Zizi, namun juga ingin mengamankan Zoro.

"Kak Nevan masih mandi," ujar Erlangga mulai bangkit dan akhirnya menuju arah Zoro yang berada di depan jendela apartemennya.

Usia Zoro dan Zizi baru memasuki lima tahun. Berada pada masa-masa aktif yang selalu penasaran akan segala sesuatu yang mereka lihat dan dengar. Seperti sekarang ini, Zoro telah terpukau menatap pemandangan Kota New York dari atas gedung apartemen Erlangga.

"Zoro tahu apa yang turun dari langit berwarna putih itu?" tanya Erlangga berjongkok di sebelah keponakannya itu.

Zoro mengerjap memperhatikan sesuatu yang turun dari langit dalam jumlah yang banyak dan masif. Ia menoleh lalu menatap lekat Erlangga. "Apa itu Om Erlang?"

Erlangga tersenyum tipis. "Itu namanya salju. Kalau dipegang bakal cair dan terasa dingin."

"Seperti es krim Zizi?"

Tiba-tiba Erlangga dikejutkan oleh kedatangan Zizi yang telah berhenti menangis, meski mata anak perempuan itu masih sembab.

"Iya. Zizi mau es krim?" tawar Erlangga merangkul tubuh Zizi dan mengusap sisa air mata keponakannyan itu.

Zizi mengangguk cepat sambil mulai mengulas senyuman lebar.

"Oke, tapi jangan bilang ibu sama ayah ya?" bisik Erlangga yang tahu bahwa Sonya dan Nevan tidak akan membiarkannya memberikan es krim kepada Zizi. Mengingat Amerika Serikat sedang berada pada musim dingin.

"Zoro, ayo mandi dulu. Ayah sudah selesai."

Erlangga menoleh. Mendapati Sonya mulai datang, siap menjemput putranya tersebut.

"Ibu, Om Erlang janjiin Zizi es krim. Aku mau cokelat hangat saja," celoteh Zoro berjalan berlalu menuju ibunya.

Mata Sonya melebar dan langsung memberikan tatapan tajam kepada Erlangga. Namun melihat wajah Zizi yang sepertinya akan menangis, maka Sonya hanya diam lalu pergi membawa Zoro.

Nevan—suami Sonya, sekaligus ayah dari Zoro dan Zizi mulai bergabung bersama Erlangga. Pria itu telah memakai baju musim dingin yang tebal. Tidak seperti Erlangga yang sudah terbiasa dengan cuaca di Negeri Paman Sam tersebut, maka Nevan baru datang beberapa hari lalu bersama keluarga kecilnya, dalam rangka liburan.

Nevan sekeluarga sebenarnya menginap di hotel berbintang lima, tetapi sengaja datang ke apartemen untuk melihat keadaan Erlangga.

"Jadi kau benar-benar bakal balik ke Indonesia?" tanya Nevan sembari memakai jam tangannya.

Erlangga bangkit lalu menggendong Zizi. "Hm. Mungkin bulan depan, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan."

"Ibu pasti akan senang mendengarnya."

Erlangga mendengkus melihat raut wajah Nevan padanya saat ini. Ia tahu bahwa kakak laki-lakinya itu mengetahui bagaimana posisinya sekarang yang dulunya pernah dirasakan oleh Nevan. Yaitu pertanyaan seputar pendamping hidup.

Namun di sisi lain, Erlangga mengerti kekhawatiran ibunya. Apalagi mengingat usianya yang sudah memasuki kepala tiga dengan berbagai rumor kencan yang tersebar selama berada di Amerika Serikat.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang