Chapter 12

379 47 4
                                    

Berita tentang Erlangga akan menjadi pemeran utama dalam film bergenre drama telah tersebar. Terutama di media sosial dan situs media daring. Bukan hanya karena karya dari adaptasi novel terkenal, melainkan juga karena pemeran utama wanitanya merupakan aktris yang mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik tahun lalu. Wanita itu bernama Nirsita Galuka.

"Aku tidak sengaja berpapasan dengan Nirsita kemarin sewaktu pergi ke PI," cerita Dea ketika sedang menonton berita Erlangga di televisi. Ia tidak sendiri, melainkan bersama Akira.

"Apakah dia secantik yang dihebohkan orang-orang?" tanya Akira yang penasaran. Sejak menjadi asisten Erlangga, ia mulai aktif memperhatikan perkembangan media sosial, terutana di Twitter.

Dea menarik napas sejenak. "Ya. Orang-orang juga mulai menyandingkannya dengan Mbak Sonya. Secara penampilan mungkin sebanding, tapi pengalaman dan bakat, Mbak Sonya tentu jauh lebih dari dia."

Akira mengangguk pelan. Ia memang belum pernah bertemu secara langsung dengan Nirsita, tetapi akan melakukannya besok. Hari di mana syuting pertama film Erlangga. Tentu saja dirinya wajib hadir untuk memastikan sang aktor memakai pakaian yang telah disediakan sponsor sesuai tema adegan film.

"Aku hanya berharap Om Erlang tidak akan terlibat skandal apapun dengan lawan mainnya," ujar Dea, lalu menghela napas panjang. "Terlebih lagi dengan Nirsita."

"Kenapa?" tanya Akira menoleh.

"Nirsita selalu terlibat cinta lokasi dengan lawan mainnya. Mas Erlangga pasti hanya sementara saja jika bersama denganbya," jawab Dea yang sudah banyak mengetahui sisi dunia hiburan sejak Erlangga menjadi aktor terkenal, ditambah dengan cerita-cerita Sonya.

Akira hanya terdiam. Ia merasa bukan kapasitasnya untuk berkomentar akan kemungkinan skandal yang bisa menimpa Erlangga. Ia hanya berharap bisa bekerja dengan baik sampai kontrak selesai.

Hari itu merupakan hari terakhir Akira dan Dea menjadi housemate. Dengan berat hati Dea harus meninggalkan sahabatnya itu untuk mengurus pernikahannya dan akan tinggal sementara bersama Rieta dan Herlambang.

Akira juga seolah merasa sangat kehilangan, karena harus tinggal sendirian di apartemen itu. Meski pilihan untuk tinggal kembali bersama ayahnya, selalu terbuka lebar.

Sebagai penutup untuk perpisahan sebagai teman berbagi rumah, akhirnya Akira mengantar langsung Dea menuju tempat tinggal baru wanita itu. Dea tidak banyak membawa barang, kecuali pakaiannya. Dea berkata pada ia bisa mengambil sisanya setelah menikah dan memasuki rumahnya bersama sang suami.

"Kau sudah datang sayang," ucap Rieta yang menyambut kedatangan Dea dan Akira.

"Akira khusus mengantarku hari ini," balas Dea mengungkap alasan kehadiran Akira juga.

"Tentu saja. Kalian pasti sedih, karena berpisah. Ayo masuk dulu, kebetulan kami baru akan makan malam."

"Oh tidak usah, aku cuma datang mengantar Dea saja," kata Akira cepat. Ia merasa tidak enak, apalagi canggung karena bisa saja Herlambang juga ada di dalam. Bagaimanapun ia selalu ingat tentang mantan menteri tersebut.

"Nggak boleh pulang dulu," cegat Rieta langsung merangkul lengan Akira. Ia sudah lama mengenal teman cucunya itu, dan mendengar dari Dea tentang jasa-jasa Akira selama ini yang banyak membantu Dea. Belum lagi dirinya sudah mendapat bisikan dari Dea tentang Akira yang menjadi asisten Erlangga.

"Iya Ki, masa antar sampai pintu doang. Yuk kita makan bersama," tambah Dea juga tidak rela jika Akira langsung pulang begitu saja.

Akhirnya Akira dengan berat hati menuruti perkataan Dea dan Rieta. Ia memasuki sebuah kediaman yang selalu membuatnya takjub selama berkunjung. Mulai dari arsitektur bangunan sampai bagaimana luasnya rumah itu.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang