Chapter 16

351 46 4
                                    

Akhirnya hari ini  Yakamoto Yukasa—ayah Akira bisa duduk bersama dengan kedua anaknya dalam sebuah acara  makan malam. Bertempat di kediamannya sendiri, pria itu secara khusus mengundang koki utama restorannya untuk menyajikan makanan Jepang.

"Apakah kita tidak bisa memesan pizza saja?" keluh Takashi melihat hidangan di atas meja. Ia baru saja pulang dari Jepang dan selalu menyantap makanan seperti itu di sana.

Akira menahan tawanya. Ia sendiri tidak masalah, karena kesehariannya lebih banyak menikmati makanan Nusantara.

"Ini untuk merayakan makan malam pertama kita, setelah sekian lama," ujar Yukasa mulai mengambil sumpit.

"Baiklah. Lagipula Akira terlihat merindukannya," timpal Takashi melihat piring Akira telah berisi berbagai jenis sushi.

"Oh ya Akira, bagaimana pekerjaanmu?" tanya Yukasa melirik sang putri.

"Baik. Aku menikmatinya," jawab Akira berusaha menunjukkan wajahnya yang ceria dan bersemangat.

"Benarkah? Apa kau yakin akan betah?"

Yukasa seolah masih ingin menggali tentang pekerjaan Akira yang diketahuinya sangat berkaitan dengan dunia hiburan.

"Tentu saja. Aku bekerja dengan orang-orang baik dan menyenangkan," ucap Akira sambil menyungging senyuman lebar.

"Apa karena kau bisa melihat artis setiap hari?" Kali ini Takashi yang bersuara. "Apalagi kudengar aktor bernama Erlangga itu sangat tampan jika dilihat secara langsung."

Akira meneguk salivanya. Ingatannya berputar kepada momen di mana dirinya memasangkan dasi pada Erlangga. Ditambah ketika pria berkata tidak ingin dirinya merasa khawatir tentang masalah Sania.

"Artis tentu harus punya wajah rupawan, tapi apa kau lupa adikmu ini lebih suka pria dua dimensi," sela Yukasa yang juga sangat mengenal hobi Akira. Terlebih lagi putrinya itu belum pernah memperkenalkannya seorang pacar atau bahkan teman laki-laki.

Takashi terkekeh. "Aku yakin Akira suatu saat akan datang ke hadapan ayah sambil menggenggam tangan pria dengan erat."

Mata Akira melotot. "Kak Taka!" Ia sangat tidak suka digoda masalah percintaan. Bulu kuduknya merinding setiap kali ada orang menggodanya tentang hal itu.

"Lagipula Kak Taka juga sudah dalam usia yang cocok untuk menikah," balas Akira tersenyum miring.

Namun Takashi bukannya merajuk atau menunjukkan wajah kesalnya, tetapi malah balas tersenyum tipis. "Aku tidak mungkin melakukan dua hal sekaligus."

"Apa?" alis Akira terangkat. Bingung atas perkataan kakak laki-lakinya tersebut.

"Kakakmu akan mengambil alih manajemen restoran," jelas Yukasa bersuara.

"Jadi Kak Taka akan tinggal menetap di Indonesia?"

Takashi mengangguk pelan. "Lagipula aku sudah hampir selesai menyelesaikan magisterku. Tinggal mengurus beberapa hal."

Akira tidak mampu menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Padahal ia sebelumnya telah memperkirakan tentang Takashi akan lebih memilih tinggal di Jepang.

"Ayah sangat bahagia ketika mendengarnya, jadi Akira ... sudah saatnya kita semua berkumpul kembali. Lagipula Dea juga sudah tidak tinggal bersamamu kan?" pancing Yukasa membuat Akira terdiam.

Akira bukannya tidak suka ide berkumpul kembali dengan keluarganya, tetapi bagaimana nasibnya nanti jika kontraknya dengan Erlangga sudah selesai? Apakah ayahnya secara perlahan akan mulai memberinya tanggung jawab untuk mengelola restoran dan Takashi akan perlahan mundur.

"Akan lebih mudah juga mengawasimu jika kita tinggal bersama," tambah Takashi semakin membuat Akira merasa enggan untuk meninggalkan apartemennya sekarang.

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang