Chapter 5

690 68 8
                                    

Erlangga mendatangi kembali SS Entertaiment. Kali ini ia datang bersama dengan Antony, sang manajer. Tak lain dan tak bukan adalah membahas kontrak yang telah disusun oleh Sesil dan timnya, dengan berdasar kepada hubungan kerja mereka dengan Erlangga sebelumnya. Sesil telah mengetahui bagaimana jenis karakter pekerjaan yang disukai oleh pria itu.

"Oke."

Cukup hanya satu kata dari Erlangga, kemudian tangan pria itu meraih pulpel dan langsung menandatangi kontrak yang ada. Ia juga mendapat salinannya yang telah diamankan oleh Antony.

"Selamat bergabung kembali Erlangga," kata Sesil dengan rasa bahagia. Ia mengulurkan tangannya sebagai sambutan hangat.

Erlangga tersenyum. Menjabat tangan sang direktur. "Terima kasih Mbak Sesil. Mohon bimbingannya ke depan."

Tawa Sesil pecah. "Bimbingan apanya, kau yang perlu memberiku kiat-kiat agar bisa tembus ke Hollywood juga." Ia kemudian beralih kepada manajer sang aktor.

"Pak Antony juga selamat bergabung."

Antony mengangguk singkat. "Ya. SS Entertaiment akan menjadi pengalaman tersendiri."

Memberi ruang kepada Sesil dan Erlangga bicara, setelah sesi penandatanganan kontrak. Semua orang kecuali kedua meninggalkan ruangan Sesil, termasuk Antony yang mulai diarahkan staf SS Entertaiment untuk melihat-lihat gedung agensi tersebut.

"Tapi sebelum kedatanganmu ke sini, media sudah mempublikasikan artikel tentangmu," ujar Sesil menatap Erlangga.

Pria itu mengusap dagunya. "Maksudmu artikel tentangku di restoran bersama seorang wanita?"

Sesil mengangguk. Ia tentu mengetahui kisah hubungan antara Erlangga dan Gege. Bahkan perpisahan keduanya yang telah terjadi dulu.

"Aku bertemu dengan Gege untuk bicara. Kurasa menyelesaikan apa yang sudah seharusnya," jawab Erlangga jujur.

"Apakah Gege memakai kimono? Aku tahu itu restoran yang kemarin kita datangi, tapi kimono?"

"Apa?"

"Kau belum mengecek artikel itu?"

Erlangga menggeleng pelan. "Antony hanya membacakan judul artikelnya." Ia pun mulai merasa aneh dan segera mengeluarkan ponselnya.

"Ini kan...."

Erlangga melihat foto yang diambil dari kejauhan, terlihat seorang laki-laki merangkul wanita yang memakai kimono. Arah pengambilan gambar mengenai wajah sang pria, sehingga Erlangga tahu bahwa pria itu adalah dirinya sendiri.

"Ini hanya salah paham. Wanita yang memakai kimono itu sepertinya anak pemilik restoran yang tidak mengetahui kalau aku menyewa keseluruhan restoran hari itu," ucap Erlangga mengeluarkan teorinya setelah mengingat obrolan wanita itu dengan pelayan restoran.

"Tidak mungkin kita mengeluarkan klarifikasi seperti itu ke media." Sesil menghela napas. Baru saja ia senang dengan kembalinya Erlangga, tetapi ia juga harus siap dengan segala liputan media yang akan terus mencari tahu tentang sang aktor.

"Diamkan saja," balas Erlangga tidak mau terlalu pusing.

Sesil mengangguk singkat. "Ya. Hanya itu yang dapat kita lakukan sekarang." Ia pun merasa de javu akan situasi Erlangga. Mengingatkan skandal Sonya beberapa tahun yang lalu.

"Setelah ini kau mau langsung pulang?" tanya Sesil yang memiliki jadwal rapat.

Erlangga menggelengkan kepalanya. "Aku ingin menemui keponakanku yang akan menikah."

"Apa?"

Erlangga tertawa renyah. "Dia adalah anak sepupuku. Tidak mungkin kan anak Kak Nevan."

Sesil ikut tertawa sejenak. "Lalu kau sendiri bagaimana?"

Janji ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang