Selamat malam tahun baru!
Gimana sama kabar kalian? Semoga baik semua and semoga di tahun 2023 selalu baik.
Sebelum baca, jangan lupa Vote terlebih dahulu. Dan tinggalkan jejak!
Happy reading...
***
Sesamapainya di rumah sakit, Zerdam segera membawa Tamara ke dalam dengan napasnya yang tercekat dan tak tunggu waktu lama, dua orang perawat menghampirinya dengan mendorong brankar. Zerdam segera meletakkan Tamara di atas brankar tersebut lalu mengikutinya dari belakang. Rasa bingung, khawatir kini ia rasakan di waktu yang bersamaan. Ia bingung bagaimana dengan keluarga gadis itu? Apa ia harus memberitahunya? Tapi ia tak punya nomor yang harus ia hubungi. Dan ia benar-benar khawatir akan kondisi Tamara yang seperti itu.
"Tolong tunggu di luar." ucap seorang perawat pada Zerdam.
Zerdam hanya menatap pintu putih yang tertutup sempurna. Apakah Tamara akan baik-baik saja? Apa yang harus ia lakukan?
Argh.
Ia benar-benar bingung dan khawatir sekarang.
Zerdam terduduk di bangku yang tersedia di sana. Keringat dingin kini sudah keluar dari pori-pori kulitnya. Ia tak peduli dengan bajunya yang penuh oleh darah Tamara. Zerdam menyusupkan kedua tangannya ke dalam rambut hitamnya lalu memejamkan matanya sebentar.
Seorang dokter yang akan memasuki rungan dimana Tamara berada, melirik sekilas pada Zerdam yang kini seperti di landa kebingungan. Lalu tak berlama-lama dokter tersebut memasuki ruangan tersebut dengan perasaan yang sangat khawatir. Terlihat dari mimik wajahnya yang terlihat panik dan tangannya kini sudah dingin. Baru pertama kalinya ia menangani pasien dengan dirinya yang seperti ini.
Zerdam bangkit dari duduknya, mengintip dari kaca pintu berharap ia bisa melihatnya. Namun, ia sama sekali tak bisa melihat apa-apa karena ruangannya di beri skat oleh sebuah gorden. Ia berjalan mondar-mandir di sana. Haruskah ia pergi ke rumah Tamara untuk memberitahu keluarganya? Atau menunggu sebentar? Atau menghubungi Sahabatnya?
Ya, itu ide bagus.
Zerdam baru menyadarinya bahwa Tamara mempunyai sahabat. Benar-benar tak ingat jika dalam situasi seperti ini. Zerdam mencoba mencari-cari nomor Arsey pada handphonenya.
Shit.
Zerdam mengumpat. Ia sama sekali tak mempunyai nomor cowok itu. Lantas ia harus melakukan apa lagi?
Zerdam kembali duduk berpikir bagaimana untuk bisa menghubungi keluargannya. Terlalu bergulat dengan pikirannya, Zerdam mencoba lagi memejamkan matanya. Namun sebelum itu terjadi, suara engsel yang bergesekan mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata. Ia segera bangkit saat melihat seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut di ikuti dua orang perawat di belakangnya.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Zerdam.
"Sedikit membaik," jawabnya dengan suara yang seperti tidak bersemangat. Bahkan terdengar parau. "Dia ingin bertemu dengan anda. Silahkan,"
Zerdam menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan melewati dokter tersebut dengan rasa bingungnya. Bingung dengan wajah dokter tersebut yang terlihat pucat pasi. Namun sekarang bukan dokter itu lah yang ia khawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEY ZAYDEN [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA!!] - - - Sederhana, menceritakan Arsey Zayden anak broken home yang di pertemukan dengan gadis yatim piatu dan bersahabat dengan gadis yang memiliki keluarga cemara. "Kebahagiaan memang nyata tapi belum tentu untuk kita."-Arsey...