WELCOME TO THE GAME

25 3 0
                                    

Malam semua.

Gimana kabarnya? Semoga pada baik-baik ya.

Sebelum lanjut baca jangan lupa VOTE nya tekan!

Happy reading...

***

Kini hari senin telah menyapa lagi. Semua manusia mulai kembali beraktivitas setelah hari weekend yang telah usai. Tamara yang sudah siap dengan seragam sekolahnya bergegas turun ke bawah. Dengan senyumannya Tamara berjalan ke arah meja makan dimana orangtua dan kakaknya berada.

"Pagi semua." sapa Tamara.

"Pagi anak mama."

"Pagi gadis cantik."

"Pagi curut."

Plak!

Mendengar sang kakak berbicara seperti itu, refleks Anala memukul tangan Saddam keras membuat sang empu meringis.

"Ma, pa, liat. Gitu terus ah kak Saddam." adunya dengan wajah kesal. Masih pagi tapi Saddam sudah membuat moodnya hancur. Dasar kakak laknat!

"Kamu jangan terus seperti itu Saddam." ucap Darma tegas. Ia tak bisa membiarkan Saddam terus memanggil anak gadisnya seperti itu.

Saddam yang mendapati pelototan dari papa nya langsung mengalihkan pandangan. Jika sudah begini itu artinya Saddam tak boleh melakukannya lagi.

"Maaf. Bukan kakak tadi." Saddam mencoba membela diri.

"Miif. Bikin kikik tidi." ulang Tamara dengan suaranya yang kesal.

Tania yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Udah-udah sekarang waktunya makan." perintah Tania.

Selama mereka makan, hanya ada suara dentuman sendok dan piring. Sampai akhirnya Darma mengangkat suara.

"Saddam," panggil Darma. Membuat sang empu langsung menoleh pada Papanya.

Darma mengalihkan pandangannya pada sang istri dan mendapati anggukan darinya.

Darma berdeham. "Ekhem! Papa mau jodohin kamu."

Tamara yang sedari tadi menikmati makanannya seketika terhenti. Begitu pun dengan Saddam. Ia melakukan hal yang sama. Apa? Di jodohkan? Itu konyol. Ayolah Saddam masih ingin menikmati hidupnya tanpa ada seorang wanita dalam hidupnya.

"Kamu udah 22 tahun dan itu udah cocok buat kamu menikah." komentar Tania.

Saddam menggelengkan kepalanya. "Saddam nggak mau. Saddam masih ingin sendiri ma, pa. Saddam nggak mau di jodohin biar nanti Saddam aja yang nyari."
Menikah? Itu tak pernah ada dalam kamus hidupnya dan tak pernah Saddam pikirkan. Ia hanya takut jika dirinya menikah, ia hanya akan menyakiti istrinya dan tak bisa mengurus rumah tangganya. Itu sangat ribet.

"Papa udah sepakat sama rekan kerja papa untuk jodohin kamu dengan putrinya." kata Darma.

"Pa... Saddam nggak mau pa. Saddam nggak pengen di jodohin dan gak mau nikah cepet."

ARSEY ZAYDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang