TERLAMBAT UNTUK BISA BERUBAH

22 5 0
                                    

Selamat malam.

Gimana harinya?

Semoga baik semua.

Sebelum baca tekan terlebih dahulu bintangnya dan jangan lupa ramein komenan!

Happy reading...

***

"Den,"

Arsey yang baru saja akan menaiki tangga, membalikkan badannya saat Bi Yani memanggilnya. Setelah beberapa hari tidak pergi ke sekolahan, akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bersekolah lagi dengan kondisinya yang mulai membaik. Meski rasa kehilangan masih melekat dalam dirinya.

"Kenapa, bi?"

Dahinya mengerut saat Bi Yani memberikan sebuah kotak sedang pada dirinya.

"Ini apa bi?" tanya Arsey heran.

"Tadi bibi nemu ini di kamar nyonya sama tuan saat bibi bersih-bersih," jelasnya. "Sepertinya ini sesuatu yang penting."

Arsey melirik sekilas pada kotak tersebut lalu menganggukkan kepalanya.

"Yaudah. Makasih bi, Arsey ke kamar dulu."

"Iya, den."

Tanpa menunggu lama, ia berjalan ke atas dimana kamarnya berada. Arsey menyimpan kotak tadi di atas nakas tanpa berminat untuk membukanya terlebih dahulu. Dan ia berjalan memasuki kamar mandinya. Tak butuh waktu lama, ia selesai dengan ritual mandinya.

Arsey berjalan keluar balkon kamarnya. Semilir angin menembus kulitnya kala ia membuka pintu itu. Dengan langkahnya ia duduk di sebuah kursi yang tersedia disana. Dalam pangkuannya kini sudah ada gitar kesayangannya. Bagaimana tidak, gitar tersebut di belikan oleh Noah saat dirinya meminta sebuah kado saat ulang tahunnya beberapa tahun lalu. Saat itu ia masih bisa merasakan kasih sayang Noah yang belum terbagi seperti setelah menikahi Yunita. Dengan senang hati, ia menyimpannya dengan baik.

Dengan jari-jarinya yang lihai, Arsey memetik senar gitar tersebut. Beberapa kode ia masukan mencoba mencari alunan musik yang indah. Entah kenapa melihat gitar tersebut ia teringat lagi pada Papanya. Ia masih ingat saat Noah memberikan gitar tersebut padanya. Ia masih ingat senyuman Noah saat memberikan gitar itu. Memberikan pelukan hangat, ketulusan yang terpancar dalam diri Noah, serta kasih sayang yang selalu ia rasakan. Namun semua itu hanyalah sebuah kenangan kini. Bahkan jika bisa memilih, ia ingin sekali mengulang beberapa tahun lalu. Namun semua hanyalah angan-angannya saja.

Semua kepahitan yang ia alami begitu memukul dirinya. Entah sampai kapan ia menemukan akhir dari semua penderitaannya. Ia berharap semoga itu cepat berakhir.

Sudah cukup dengan pikirannya, ia teringat akan sebuah kotak yang Bi Yani berikan padanya. Dengan rasa penasarannya, ia berjalan memasuki kamarnya lali mengambik kotak tersebut. Dan ia kembali lagi keluar balkon.

Ia membuka kotak tersebut dengan hatinya yang berdegup. Hal yang pertama ia lihat saat membuka kotak tersebut adalah sebuah kertas yang terlipat dalam kotak itu. Tak hanya itu, disana juga terdapat beberapa lembar foto dan sebuah cincin emas juga kalung dengan liontin bunga yang menjadi penyempurna kalung tersebut.

ARSEY ZAYDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang